Jakarta, CNN Indonesia —
Warga Negara Indonesia (WNI) yang menetap di sejumlah kota di China mengungkapkan fakta terkait kabar panic buying di negara itu.
Beberapa hari terakhir, sejumlah kota di China ‘disergap’ kabar panic buying. Itu setelah pemerintah China mengimbau masyarakatnya untuk menyetok kebutuhan sehari-hari untuk keadaan darurat.
Imbauan ini diberikan menjelang rencana pengetatan lockdown demi meredam lonjakan Covid-19 varian Delta yang terjadi.
Mengutip Strait Times, daging kaleng dan biskuit menjadi bahan pangan yang diburu warga China. Bahkan, permintaan pembelian biskuit di e-commerce China meningkat, dengan beberapa vendor mengklaim mereka sempat kehabisan stok.
Daftar perlengkapan rumah tangga dan makanan darurat yang direkomendasikan pemerintah Provinsi Jiangsu pada Oktober lalu juga beredar luas di media sosial China. Daftar itu termasuk mie instan, air minum kemasan, minyak, beras, biskuit terkompresi, dan daging makan siang.
Meski demikian, beberapa mahasiswa Indonesia yang berada di China tidak merasakan fenomena panic buying di wilayah tempat mereka menetap.
Gede Ananda salah satunya, ia tidak merasakan situasi panic buying di distrik Chongqing-Beibei.
“Soal panic buying sendiri kalau di daerah saya distrik Chongqing-Beibei tidak ada ya. Semua masih berjalan normal. Kalau daerah lain saya kurang tahu,” ujarnya saat diwawancarai CNNIndonesia.com, Kamis (4/11).
Tak hanya itu, Gede juga menyampaikan bahwa kegiatan masyarakat di tempat tinggalnya masih berjalan normal. Masyarakat China masih diizinkan untuk bepergian, selama menjalankan protokol kesehatan.
“Di daerah saya sendiri tidak ada lockdown atau pembatasan sosial,” katanya.
Walaupun demikian, pergerakan mahasiswa untuk pergi ke distrik lain memiliki batasan.
“Namun, universitas saya sekarang memberlakukan aturan baru (setelah berita pandemi lagi) bagi mahasiswa international. Salah satunya, kalau ingin meninggalkan atau bepergian dari distrik harus melapor ke kantor internasional. Setelah izin disetujui, baru boleh bepergian,” cerita Gede.
“Sebelum mengalami gelombang (pandemi), kita bebas keluar selama di cakupan daerahnya di dalam provinsi. Kalaupun ingin pergi keluar daerah di luar provinsi harus minta izin ke kantor internasional dan menunggu persetujuannya,” tambah Gede lagi.
Pengakuan mahasiswa di Harbin China, baca di halaman selanjutnya…
Pengakuan Mahasiswa RI di Harbin China