Kasus Covid-19 varian Omicron di dunia sudah mencapai 441.042 dengan 104 kematian. Dengan demikian, rasio kematian akibat Covid-19 varian Omicron berada di angka 1: 4.000 kasus.
Menurut situs yang menghimpun data Omicron, Newsnode, negara dengan kasus tertinggi adalah Inggris dengan 246.780, dan 75 kematian.
Inggris disusul Denmark dengan 56.125 kasus dan 18 kematian, lalu Amerika Serikat dengan 33.120 kasus dan 1 kematian.
Sementara itu, total kasus varian Omicron di Asia Tenggara mencapai 3.871 dan nol kematian.
Lebih rinci, Singapura mencatat 1.813 kasus, Thailand dengan 1.780 kasus, Malaysia dengan 64 kasus, dan Indonesia dengan 164 kasus. Adapun Myanmar melaporkan 4 kasus, Brunei Darussalam dengan 8 kasus, dan Filipina dengan 14 kasus.
Di blok tersebut, Singapura menjadi negara yang mencatat kasus varian Omicron tertinggi. Menteri Kesehatan Ong Ye Kung pun meminta warga bersiap menghadapi gelombang Omicron lantaran kini sudah menembus 17 persen dari keseluruhan kasus.
“Kasus Omicron semakin meningkat, bertanggung jawab atas sekitar 17 persen dari kasus lokal saat ini. Ini berarti gelombang Omicron sudah dekat, dan kita harus bersiap menghadapi itu,” katanya, seperti dikutip The Straits Times.
Sementara itu, sejumlah rumah sakit di kawasan Eropa kewalahan menghadapi lonjakan infeksi virus corona imbas varian Omicron.
Lonjakan kasus di sejumlah negara Eropa memicu beban di rumah sakit. Italia, misalnya, para petugas kesehatan mengaku kebanjiran pasien usai kasus Covid-19 naik drastis.
Inggris juga sudah berencana membangun RS sementara guna menampung pasien Covid-19. Sementara itu, Prancis bahkan sudah menyatakan Omicron menjadi varian dominan di negara itu.
Melihat Omicron yang begitu cepat menyebar, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan varian itu bisa menyebabkan ‘tsunami’ Covid-19.
Namun, banyak pemimpin negara Barat tak bersedia kembali mengetatkan aturan karena takut memicu penurunan ekonomi yang kini sedang berangsur pulih.
(isa/has)