Intelijen Ukraina melaporkan Rusia kesulitan membentuk unit militer baru karena hanya sedikit orang yang bersedia berperang.
Kepala Direktorat Intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina menyatakan militer Rusia di Nizhny Novgorod gagal membentuk batalion tank padahal sudah mempersiapkan prosedur sejak awal Juli lalu.
Mengutip data intelijen Ukraina, salah satu media lokal Ukraina Pravda melaporkan dari 160 pasukan yang dibutuhkan Rusia di batalion itu, hanya 30 orang yang bersedia menandatangani kontrak dinas militer.
Rusia, lanjutnya, juga sampai mengiming-imingi bantuan keuangan dalam jumlah 10 ribu rubel per bulan atau sekitar Rp2,5 juta kepada keluarga yang anak-anaknya masih bersekolah.
Namun, tawaran tersebut tak cukup manis bagi sebagian orang, sehingga jumlah individu yang bersedia berperang membantu Rusia di Ukraina tak meningkat secara signifikan.
Secara umum, Rusia menciptakan sistem pendaftaran baru. Mereka mengatur pelaksanaan langkah-langkah mobilisasi berdasarkan wilayah saat divisi dibentuk tiap regional.
Dikutip Pravda, mulanya Rusia fokus merekrut pasukan dari wilayah kecil dan populasi termiskin kemudian meluas.
Menurut penelitian sosial, kategori rekrutmen ini berisiko menimbulkan protes karena situasi ekonomi dan sosial di Rusia.
Sejauh ini, merujuk data Menhan Ukraina terdapat 45.200 tentara Rusia yang tewas dan 135.600 personel terluka sejak perang berkecamuk.
Menurut Kyiv dan intelijen Barat, Rusia terus menerima kerugian besar sejak melancarkan invasinya ke Ukraina pada Februari lalu, termasuk kehilangan banyak pasukannya.
Meski begitu, Rusia tidak pernah mengonfirmasi atau membeberkan kerugian dan jumlah korban jiwa dari pihaknya sejak menginvasi Ukraina.
(isa/rds)