loading…
Cover Buku Kenapa Kita Tidak Berdansa? ditulis oleh Dea Anugrah terbit bersamaan dengan buku lamanya, Hidup Begitu Indah Hanya Itu yang Kita Punya. Foto/Dok/SINDOnews
Perbincangan yang dikemas melalui Twitter Space ini juga membahas dua buku esai Dea Anugrah yang berjudul “Hidup Begitu Indah dan Hanya Itu yang Kita Punya” dan “Kenapa Kita Tidak Berdansa?”.
Baca juga: Kisah Inspiratif Soraya, Alumni Undip yang Sukses Berkarier Jadi Pilot
Dea Anugrah, penulis yang lahir di Pangkal Pinang, lalu kuliah di Yogyakarta, dan akhirnya kini mengadu nasib di Jakarta.
Dea menceritakan mengapa buku esainya berjudul “Kenapa Kita Tidak Berdansa?”. Menurut Dea judul tersebut diambil dari salah satu esai dalam buku itu yang menggambarkan keadaan Jakarta pada kondisi dua tahun lalu.
Saat perayaan HUT Ibu Kota Jakarta ketika itu, Dea Anugrah merasa orang-orang seperti sedang tidak berpesta di hari jadi kota tersebut. Saat itu terdapat konflik politik yang membuat masyarakat terpecah belah dan pupusnya rasa solidaritas.
Baca juga: Mahasiswa UI Lolos Pertukaran Pelajar ke Jepang untuk Belajar Saintek
“Saat itu saya melaksanakan liputan di pusat acara, namun saya lihat tidak ada yang berpesta. Jangan-jangan seperti tidak ada hal yang bisa dirayakan sebagai warga jakarta?” ungkapnya malam itu.
Dea Anugrah juga mencurahkan rasa sesalnya akibat dampak politik yang terjadi di ibu kota sehingga berimbas ke seluruh pelosok Indonesia. “Kenapa tidak menghadapi permasalahan di kota ini bersama-sama? Seperti hilang rasa solidaritasnya sebagai warga kota. Padahal itu yang paling penting” tambah Dea.
Jakarta menghadapi banyak masalah, seperti turunnya muka tanah, sulitnya mendapatkan air bersih dan hunian yang layak, kehidupan yang individualisme sehingga pupusnya rasa solidaritas. Dea membandingkan masyarakat di Turki yang memiliki rasa kebersamaan yang besar jika dihadapi sebuah masalah.
Buku “Kenapa Kita Tidak Berdansa?” ditulis oleh Dea Anugrah terbit bersamaan dengan buku lamanya, “Hidup Begitu Indah Hanya Itu yang Kita Punya”, dengan cover yang cukup menarik yaitu foto dirinya ketika masih kecil.
Alasan foto tersebut menjadi cover untuk memberikan kesan dekat dan personal kepada pembaca. Buku ini sudah cetak ulang dan bisa didapatkan pada marketplace Shira Media atau websitenya www.shiramedia.com.
Twitter Space ini berakhir dengan sesi tanya jawab bersama pendengar dan juga pemberian hadiah buku untuk penanya terbaik. Acara ini akan dilaksanakan dalam skala rutin oleh SINDOnews di Twitternya dengan menghadirkan pembicara dan topik yang sangat sayang dilewatkan.
(mpw)