Tambah Dosis Vaksin Covid-19 ke Taiwan, Amerika Serikat: Kami Tanpa Pamrih

Tambah Dosis Vaksin Covid-19 ke Taiwan, Amerika Serikat: Kami Tanpa Pamrih

Suara.com – Amerika Serikat menyindir China terkait diplomasi politik menggunakan hibah vaksin Covid-19.

Amerika Serikat diketahui menambahan kiriman dosis vaksin COVID-19 ke Taiwan, sehingga total vaksin yang disumbangkan menjadi 4 juta dosis.

Dosis vaksin Moderna itu dikirim dari Louisville, Kentucky pada Minggu (31/10) dengan penerbangan China Airlines milik Taiwan.

“Vaksin kami tidak diberikan dengan pamrih” dan tidak disumbangkan untuk mengamankan bantuan atau mendapatkan konsesi,” kata pejabat pemerintahan Presiden Joe Biden.

Baca Juga:
Selidiki Penularan Covid-19, China Tutup Disneylad Shanghai

Petugas medis memeriksakan kesehatan siswa sekolah dasar sebelum mendapatkan vaksinasi Covid-19 Pfizer di SDN Karawaci 5, Kota Tangerang, Banten. Senin 18/10. ( Suara.com/ Hilal Rauda Fiqry)
Petugas medis memeriksakan kesehatan siswa sekolah dasar sebelum mendapatkan vaksinasi Covid-19 Pfizer di SDN Karawaci 5, Kota Tangerang, Banten. Senin 18/10. ( Suara.com/ Hilal Rauda Fiqry)

Pernyataan itu merujuk pada kritik bahwa China sedang mencoba untuk memperkuat pengaruh geopolitiknya melalui diplomasi vaksin.

Pejabat AS itu menambahkan bahwa Taiwan adalah “mitra penting” dalam isu kesehatan global.

Pemimpin Taiwan Tsai Ing-wen berterima kasih kepada AS dan mengatakan sumbangan vaksin menunjukkan bahwa dukungan AS untuk Taiwan “sangat kuat.”

“Berdasarkan dasar yang kuat dari persahabatan ini, Taiwan akan terus memperdalam kemitraan dengan Amerika Serikat di semua lini,” kata dia dalam sebuah unggahan Facebook pada Minggu malam.

AS sebelumnya memberikan 2,5 juta dosis vaksin ke pulau yang diklaim oleh China itu, menjadikan Taiwan salah satu penerima internasional pertama vaksin AS.

Baca Juga:
Cegah Covid-19, UAE Setujui Vaksin Pfizer Disuntikkan untuk Anak 5-11 Tahun

Pada saat itu, para pejabat AS menuding China berusaha menghalangi pembelian vaksin oleh Taiwan karena alasan politik. Tudingan itu dibantah oleh Beijing.

Scroll to Top