Pemerintah Iran mencabut larangan ekspor bahan bakar ke Afghanistan demi memenuhi permintaan Taliban karena harga bensin di negara itu kini melonjak.
“Taliban mengirim pesan ke Iran yang mengatakan ‘Anda dapat melanjutkan ekspor produk minyak bumi,'” ujar anggota dewan sekaligus juru bicara Serikat Pengekspor Minyak, Gas, dan Petrokimia Iran, Hamid Hosseini, kepada Reuters, Rabu (24/8).
Hosseini mengatakan bahwa Taliban mengirim pesan ke pedagang Iran dan kamar dagang Iran yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah.
Bea Cuka Republik Islam Iran (IRICA) pun mencabut larangan ekspor bahan bakar ke Afghanistan yang berlaku sejak 6 Agustus lalu.
IRICA memberlakukan larangan itu karena khawatir akan keamanan perdagangan di Afghanistan. Namun menurut Hosseini, kekhawatiran itu lambat laun hilang karena perubahan sikap Taliban.
Ia juga menyinggung keputusan Taliban untuk memangkas tarif impor bahan bakar dari Iran dan negara tetangga lainnya, sebagaimana tercantum dalam dokumen resmi Taliban.
Dokumen itu menetapkan diskon hingga 70 persen untuk tarif impor bensin, solar, LPG, dari para negara tetangga ke Afghanistan.
Dari beberapa spektrum, Taliban memang mulai mengubah sikap setelah berhasil menduduki Istana Kepresidenan pekan lalu. Namun, perekonomian di Afghanistan terpuruk karena situasi yang masih tak menentu.
Harga bensin di Afghanistan melonjak hingga 900$ (sekitar Rp12,9 juta) per ton karena banyak penduduk lokal yang kabur ke luar negeri.
Untuk mengatasi lonjakan harga itu, Taliban kemudian meminta Iran untuk menjaga perbatasan agar tetap terbuka bagi para pedagang.
(isa/has)