Suara.com – Harapan pandemi membuat ibu pekerja memiliki momen memberikan ASI eksklusif untuk anak, nyatanya tidak mudah diwujudkan.
Kenyataan ini diungkap Pelaksana tugas Dirjen Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) drg. Kartini Rustandi.
Kata Kartini, berada di rumah saat pandemi membuat kuantitas ASI eksklusif sedikit berkurang akibat stres.
“Kadang-kadang agak berkurang juga susunya karena stres, karena bukan hanya ngurus anak atau ngurus bayi saja di rumah. Apalagi kalau kakak si bayi sudah mulai sekolah, ia (ibu) harus mengurus anak yang sekolah,” ujar Kartini saat acara temu media Pekan Menyusui Sedunia 2021, Kamis (5/8/2021).
Baca Juga:
Data Covid-19 Sepekan: Positivity Rate dan Kasus Kematian Masih Tinggi
Kartini menambahkan, suasana di dalam rumah yang tidak mendukung juga sering kali membuat para ibu kesulitan untuk memberikan ASI.
Seperti harus menjaga kesehatan keluarga dari paparan virus, dan meluangkan waktu buat kegiatan agar anak betah di rumah kerap jadi tantangan.
“Saat pandemi ini ibu ini harus menjadi seorang guru, kemudian dia seorang yang menjaga anak, belum lagi berbagai hal yang cukup menarik terjadi pada masa pandemi,” tutur Kartini.
Menurut Kartini, untuk mendukung ibu pekerja bisa memberikan ASI eksklusif, Kemenkes sudah bekerja sama dengan para pakar, khususnya konselor ASI, yang bisa dihubungi melalui whatsapp dan telepon.
“Memang kadang-kadang agak sulit karena tenaga kesehatan saat ini termasuk para bidan, harus juga melakukan kegiatan lain misalnya vaksinasi pada anak-anak usia 12 sampai 18 tahun begitu juga upaya Posyandu,” pungkas Kartini.
Baca Juga:
Pandemi Covid-19 Bikin Busui Makin Sulit Dibujuk Beri ASI Eksklusif, Ini Penyebabnya
Sementara itu, ASI eksklusif adalah pemberian wajib ASI pada bayi usia 0 hingga 6 bulan sedang didorong pemerintah, untuk memenuhi sasaran World Health Assembly (WHA), yaitu minimal 50 persen pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada tahun 2025.