S&P Global Ratings, lembaga pemeringkatan dunia, memangkas peringkat kredit Rusia lebih menjadi ‘junk’ atau ‘sampah’. Hal ini disebabkan oleh sanksi ekonomi bertubi-tubi yang harus dihadapi Rusia pasca invasi yang mereka lancarkan ke Ukraina sejak Kamis (24/2).
Lembaga tersebut mengkategorikan Rusia sebagai negara dengan dengan status ‘CCC minus’. Padahal, minggu lalu peringkatnya sudah turun menjadi ‘BB plus’.
Sebagai informasi, S&P menjelaskan kategori tersebut dapat menggambarkan bahwa saat ini Rusia tengah rentan dan bergantung pada kondisi bisnis, keuangan dan ekonominya sendiri untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya.
Dengan demikian, status Rusia kini setara dengan negara berkembang lainnya seperti Suriname, Ekuador, dan Venezuela.
Invasi yang dipimpin oleh Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan serangan terbesar yang pernah terjadi pasca Perang Dunia Kedua. Hal ini membuat pasar keuangan Rusia kacau balau setelah banyak negara menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap mereka.
“Penurunan peringkat mengikuti penerapan langkah-langkah yang kami yakini kemungkinan akan secara substansial meningkatkan risiko gagal bayar,” kata S&P Global Ratings, dikutip dari Reuters, Jumat (4/3).
Selain itu, mereka menyebut upaya pemerintah Rusia dalam melindungi mata uangnya diperkirakan dapat membatasi kemampuan negara tersebut untuk membayar utang-utangnya.
Hingga kini, kemampuan Rusia untuk membayar utangnya tengah dipertanyakan. Pasalnya, National Settlement Depository Rusia mengatakan bahwa pembayaran kupon yang jatuh tempo pada obligasi pemerintah telah dilakukan hanya kepada pemegang lokal.
Tak hanya itu, Rusia memiliki kewajiban untuk membayar obligasi pemerintah senilai US$700 juta yang jatuh tempo pada bulan ini. Walau memiliki cadangan anggaran yang cukup untuk menutupi pembayaran tersebut, namun pembekuan beberapa aset di luar negeri dapat berpotensi mengurangi kemampuan bayarnya.
Fitch dan Moody’s, lembaga pemeringkat berbasis di New York City, juga menurunkan peringkat Rusia enam tingkat. Mereka mengatakan sanksi Barat dinilai dapat meragukan kemampuan Rusia untuk membayar utang dan akan melemahkan ekonominya.
Hal tersebut juga membuat rubel Rusia jatuh ke rekor terendah terhadap dolar dan euro.
(fry/agt)