Suara.com – Tahukah Anda bahwa sindrom patah hati itu nyata? Sindrom ini bisa menyebabkan rasa sakit fisik dan masalah jantung.
Sindrom patah hati, yang juga dikenal sebagai kardiomiopati Takotsubo, terjadi ketika seseorang mengalami stres fisik atau emosional yang tiba-tiba dan akut. Kondisi ini dapat melemahkan ventrikel kiri jantung secara cepat.
Memahami sindrom patah hati
Sindrom patah hati pertama kali dijelaskan di Jepang pada 1990-an, menurut Insider. Ini adalah suatu kondisi di mana ventrikel kiri jantung, ruang pemompaan utama jantung, menggelembung, sementara pangkal jantung berkontraksi.
Baca Juga:
5 Tips Menyembuhkan Patah Hati Usai Putus Cinta, Stop Stalking Mantan!
Kondisi ini mungkin berbahaya karena berdampak negatif pada kemampuan jantung dalam memompa darah secara benar.
Kardiomiopati Takotsubo berbeda dengan serangan jantung.
“Serangan jantung sering disebabkan oleh penyumbatan akibat penumpukan plak di dinding arteri. Sementara kardiomiopati Takotsubo dipicu oleh respons emosional atau fisik yang parah, memengaruhi otot jantung secara langsung,” jelas kepala petugas medis dari Intuitive Health, Jay Woody.
Sindrom patah hati disebabkan oleh peristiwa traumatis emosional yang berdampak negatif pada jantung.
Woody mengatakan contoh paling umum dari stresor yang dapat menyebabkan kondisi ini adalah kesedihan karena kehilangan orang tercinta.
Baca Juga:
Serba-Serbi Patah Hati: Mulai dari Lagu yang Cocok untuk Galau Hingga Dampaknya Bagi Kesehatan
Tetapi perasaan takut, marah, terkejut, dan emosi lain yang intens juga bisa mejadi pemicunya.
Sindrom patah hati jarang menyebabkan kematian. Studi tahun 2015 mencatat tingkat kematiannya 5,6% per tahun. Meski begitu, kondisi ini lebih sering (sebanyak 20%) mengakibatkan gagal jantung.
Kondisi ini dapat pulih dalam satu hingga enam minggu, dan sembuh sepenuhnya dalam satu hingga dua bulan.