Siapa Pendiri Wahabi di Arab Saudi?

Siapa Pendiri Wahabi di Arab Saudi?

Jakarta, CNN Indonesia

Wahabi dari Arab Saudi menjadi sorotan usai Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sempat mengeluarkan rekomendasi agar pemerintah melarang paham ini di Indonesia.

Usai topik itu ramai menjadi perbincangan, ketua PBNU Ahmad Fahrurrozi memberikan klarifikasi.

“Ya, mungkin ini perlu sedikit kita luruskan, bahwa yang dimaksud adalah paham wahabi takfiri yang beredar dari Timur Tengah dan menjadi ideologi kekerasan ISIS, yang mengkafirkan muslim beda paham dan menghalalkan darah semua yang menjadi musuhnya,” kata Fahrur kepada CNNIndonesia.com, Senin (31/10).

Wahabi merupakan pemikiran Islam yang berpegang teguh pada purifikasi atau pemulihan Islam ke bentuk yang sesuai Alquran-hadis dan melarang inovasi.

Paham ini menyebar luas dan melekat di Arab Saudi, karena pendiri wahabi Muhammad Ibn Abdul Wahhab turut berkontribusi dalam pembangunan negara.

Terlepas dari itu, siapa sebetulnya Ibn Abdul Wahhab?

Ibn Abdul Wahhab lahir pada 1703 di Uyainah, Arabia. Ia menyelesaikan pendidikan formal di Kota Madinah. Setelahnya, dia pergi ke luar negeri dan tinggal di sana selama bertahun-tahun.

[Gambas:Video CNN]

Ia menjadi pengajar selama empat tahun di Basra, dan Baghdad, Irak.

Kemudian pada 1736, Ibn Abdul Wahhab mengajar di Iran. Di tahun ini, ia disebut mulai mengungkapkan pertentangan ajaran yang dianggap ekstrem.

Sekembalinya ke kota asal, Ibn Abdul Wahhab menulis Kitab Al Tawhid atau Kitab Keesaan Tuhan, yang merupakan teks utama doktrin wahabi.

Ajaran wahabi menolak sumber selain Al-Quran dan hadist. Menurut Ibn Abdul Wahhab, tradisi dan praktik yang tak berakar pada dua sumber itu dianggap bid’ah dalam keyakinan Islam.

Menurut Britannica, ia berkeyakinan keras bahwa keagungan asli Islam bisa diperoleh kembali jika masyarakat Islam akan kembali ke prinsip yang diajarkan Nabi Muhammad.

Dalam ajaran ini, mereka mengecam sesuatu yang dianggap musyrik atau mempersekutukan Tuhan, dekorasi masjid, bahkan merokok.

“Di antaranya penyimpangannya adalah mudah mengkafirkan orang lain, melakukan persekongkolan demi kekuasaan, memerangi umat muslim dan menyebutnya sebagi jihad, merampas harta umat muslim dan menyebutnya sebagai jihad,” demikian menurut Idahram dalam buku “Ulama Sejagat Menggugat Salafi Wahabi.”

Ajaran dia yang dianggap radikal membuat Ibn Abdul Wahhab diusir dari kotal asal pada 1744. Ia lalu menetap di Al Dirriyah yang kini disebut Riyadh.

Lanjut baca di halaman berikutnya…



Najd Ingin Memisahkan Diri dari Ottoman


BACA HALAMAN BERIKUTNYA