Eks pasukan pengamanan presiden (paspampres) Rusia menjadi sorotan, setelah mengungkap kelemahan Presiden Vladimir Putin.
Dia kabur ke Ekuador karena menentang invasi Rusia ke Ukraina. Eks pasukan keamanan itu merupakan satu dari dua mantan paspampres yang blak-blakan mengkritik invasi Putin.
Siapa sebetulnya eks paspampres Rusia yang kabur ke Ekuador dan buka-bukaan soal kelemahan Putin?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Eks paspampres itu bernama Vitaly Brizathy. Ia merupakan eks personel penjaga kediaman Putin di Crimea, Layanan Perlindungan Federal Rusia (Federal Protective Service/FSO).
Brizathy juga memiliki istri yang berasal dari Crimea. Sang istri lantas mengajukan izin tinggal di Ekuador sebagai pekerja dan mendapat izin. Izin tinggal juga diberikan ke eks Paspampres.
Karena memegang izin tinggal di negara lain, FSO lantas memecat Brizathy.
Rusia tak mengizinkan FSO dan personal dinas keamanan memiliki paspor asing atau tinggal di negara lain. Usai dipecat, ia pergi ke Ekuador.
Setelah berada di Ekuador, Brizathy mengatakan Putin selalu diselimuti ketakutan saat wawancara dengan media independen Rusia Dozhd TV yang dirilis pada Minggu.
Ketakutan Putin bahkan membuat dia, di mata Brizathy, tak percaya pengawalnya sendiri.
Salah satu contohnya ketika Putin bakal mengunjungi Crimea. Kremlin akan mengumumkan dua bandara terkait kedatangan presiden Rusia itu.
Namun, Putin bisa saja tiba melalui jalur laut.
“Itulah yang ditakuti laki-laki ini dalam hidupnya,” kata Brizathy, dikutip dari Radio Free Europe.
Lebih lanjut, Brizhaty mengatakan Putin tak mengizinkan personel FSO berkomunikasi dengan kerabat dari Ukraina, warga Amerika Serikat, Uni Eropa, dan siapa pun yang menentang perang.
Jika ada petugas yang kedapatan berkomunikasi, para pengawal presiden ini bakal dipidanakan.
Kondisi semacam itu menjadi ancaman tersendiri bagi Brizhaty. Ia takut ketahuan karena masih menjalin komunikasi dengan salah satu temannya yang tinggal di Amerika Serikat.
Temannya di AS merupakan orang yang sangat menentang perang Rusia di Ukraina. Brizhaty khawatir jika kawannya menyukai unggahan yang memuat konten pro-Ukraina, bisa diselidiki otoritas Rusia.
“Ini benar-benar gila,” ucap Brizhaty.
Saat awal invasi, Brizhaty mengaku sempat mencoba keluar dari FSO. Namun, ia justru diberitahu bakal dikirim berperang di Ukraina jika meninggalkan tugas.
(isa/bac)