Suara.com – Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mohammad Syahril meminta masyarakat mewaspadai sejumlah gejala gangguan gagal ginjal akut.
Pada saat kasus ini dilaporkan, ada 241 kasus gangguan gagal ginjal akut, dengan 133 kasus di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
Kebanyakan, kasus ini menimpa anak yang berusia balita. Hal ini pun diduga kuat karena penggunaan obat sirup. Syahril menjelaskan, sebelum mengarah pada gagal ginjal akut, awalnya terdapat gejala yang disebut gangguan ginjal akut.
“Jadi begini, ada yang disebut dengan istilah gangguan ginjal akut. Ya gangguan dulu ya. Ginjal ini kan pusat metabolisme tubuh kita ya. Dengan hasil akhirnya atau output yang sisa-sisa tersebut dengan air kencing itu ya,” kata Syahril dalam sebuah diskusi daring yang digelar MNC Trijaya pada Sabtu (22/10/2022).
Baca Juga:
Baru 22 Provinsi yang Lapor, Jumlah Anak Penderita Gagal Ginjal Akut Kemungkinan Bertambah
“Nah itu dia (ginjal) apabila kena tadi, apakah infeksi atau dehidrasi, itu gangguan dulu, terganggu dia. Nah itu, begitu gangguan ini berlaku, maka ancamannya menjadi gagal ginjal akut,” sambungnya.
Gejala khasnya, jelas Syahril ditandai dengan frekuensi buang air kecil dan volume yang dikeluarkan.
“Biasanya, kita buang air kecil sampai 12 kali sehari. Tapi, kalau sekarang berkurang. Begitupun jumlahnya, biasanya banyak, sekarang sedikit. Itu baru tanda-tanda yang khas,” ujarnya.
Harus diwaspadai, kata Syahril, jangan sampai urin sudah tidak dapat diproduksi lagi. Pada situasi tersebut yang dapat menyebabkan pasien meninggal dunia.
“Nah inilah yang banyak, maaf ya, banyak meninggal karena sudah terlambat. Begitu sudah terjadi gagal ginjal karena tidak bisa memproduksi lagi urinenya, karena metabolisme yang sudah rusak, ginjal yang sudah rusak,” jelasnya.
Baca Juga:
Polri Akan Usut Dugaan Tindak Pidana pada Kasus Gagal Ginjal Akut
Pada kasus 133 orang yang meninggal dikatakan Syahril, mereka sudah mengalami gagal ginjal akut.