Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menuding Amerika Serikat (AS) memasang senjata nuklir di sejumlah negara eks Uni Soviet yang berdekatan dengan negaranya.
Media Rusia Tass dan RIA via Reuters melaporkan, Lavrov mengatakan Rusia mencoba melakukan pencegahan agar Ukraina tidak dijadikan tempat fasilitas militer, apalagi senjata nuklir AS dan sekutunya.
Ia menegaskan manuver AS mendirikan pangkalan militer dan senjata nuklir di negara-negara Eropa dekat Rusia tak dapat diterima.
Lavrov meminta AS dan sekutunya itu segera mencabut fasilitas militer terutama instalasi nuklir untuk keperluan senjata di dekat Rusia, terutama di eks negara Soviet.
Salah satu kekhawatiran Presiden Rusia Vladimir Putin adalah keberadaan Pakta Pertahanan Aliansi Utara (NATO) di dekat perbatasan negaranya.
Terlebih, sejumlah negara eks Soviet ada yang pro-Barat dengan bergabung bersama NATO. Negara-negara itu antara lain, Estonia, Latvia, dan Lithuania.
Sementara negara yang pernah tergabung dengan Pakta Warsawa pimpinan Soviet dan kini masuk NATO adalah Polandia, Republik Ceko dan Hungaria.
Putin sebelumnya memerintahkan para kepala pertahanannya pada Minggu (27/2) untuk menyiagakan ‘kekuatan pencegahan’, yang meliputi persenjataan nuklir negara, dan menuduh Barat telah bersikap ‘tidak bersahabat’.
Rusia memiliki gudang senjata nuklir terbesar di dunia dan sejumlah rudal balistik yang menjadi tulang punggung kekuatan pencegahan.
“Saya memerintahkan menteri pertahanan dan kepala staf umum angkatan bersenjata Rusia untuk menempatkan kekuatan pencegahan tentara Rusia ke dalam mode spesial tempur,” kata Putin, dikutip dari AFP.
Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan pada Senin (28/2), AS tidak takut ancaman Rusia akan terjadi perang nuklir di dunia.
Biden merespons pertanyaan dari salah satu wartawan pada konferensi pers di Gedung Putih, Washington, apakah rakyat AS takut dengan kemungkinan perang nuklir. Ia dengan tegas menjawab “tidak”, dikutip dari Reuters.
(bac)