Rusia menahan delapan tersangka pelaku peledakan yang memicu kerusakan jembatan di Crimea akhir pekan lalu. Dari delapan tersangka itu, beberapa di antaranya merupakan warga Ukraina.
Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB) mengumumkan bahwa kedelapan tersangka itu terdiri dari lima warga Rusia dan tiga orang lainnya yang merupakan warga Ukraina dan Armenia.
Sebagaimana dilansir Reuters, Rabu (12/10), FSB kemudian menyatakan bahwa ledakan itu didalangi Direktorat Intelijen Utama dari Kementerian Pertahanan Ukraina di bawah kepemimpinan Kyrylo Budanov.
Menurut FSB, bahan peledak yang digunakan dalam serangan itu dimasukkan ke dalam rol film plastik. Rol itu dikirimkan dari pelabuhan di Odessa pada Agustus lalu.
Setelah singgah di Bulgaria, Georgia, dan Armenia, peledak itu akhirnya tiba di Rusia dan digunakan dalam serangan pada akhir pekan lalu.
Akibat ledakan itu, dua bagian penting dari jembatan itu rusak, membuat lalu lintas terpaksa dihentikan sementara.
Sejak awal pekan, Presiden Vladimir Putin memang sudah menuding Ukraina sebagai dalang di balik serangan ini, walau belum ada bukti pasti. Sementara itu, Ukraina tak mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Namun, sejumlah lembaga Ukraina mengolok-olok Rusia karena jembatan yang dianggap sebagai keperkasaan Negeri Beruang Merah itu hancur.
Bagi Putin pribadi, jembatan ini sangat berarti karena menjadi simbol awal upaya penyatuan Ukraina dan Rusia. Menurut sejumlah pengamat, jembatan ini merupakan proyek ambisi pribadi Putin.
Selain itu, jembatan terpanjang di Eropa ini juga merupakan jalur yang biasa digunakan untuk mengirimkan pasokan bagi tentara Rusia di Ukraina selama invasi.
Sebagai balasan, Rusia melancarkan serangan rudal besar-besaran di berbagai titik di Ukraina. Secara keseluruhan, Rusia menembakkan 84 rudal yang menewaskan 19 orang.
(has/bac)