Jakarta, CNN Indonesia —
Eksperimen Angga Dwimas Sasongko dalam Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang patut mendapat apresiasi. Film ini membuktikan sang sutradara enggan terbelenggu dari pendahulunya, Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (2020).
Hal itu terlihat dari cara Angga mengemas perjalanan Aurora (Sheila Dara) mencari arti rumah di London dan jauh dari keluarga serta saudara kandungnya.
Ia membangun cerita itu dengan nuansa baru, seolah ingin menunjukkan seperti apa dunia bekerja di mata Aurora. Sejak film pertama, karakter itu digambarkan sebagai si anak tengah yang merasa terasing karena tak mendapat afeksi dari orang tuanya.
Situasi itu yang kemudian saya rasa banyak berpengaruh terhadap keputusan Angga mencoba berbeda lewat Jalan yang Jauh. Penonton bisa menyaksikan adegan demi adegan direkam dengan komposisi visual yang tak lazim.
Angga terlihat banyak bermain-main dengan sudut pandang serta tata letak kamera, yang ternyata masih bisa saya nikmati. Nyaris tidak ada yang mengganggu dari berbagai shot hasil eksperimen sang sutradara.
Penggambaran London yang menjadi latar film ini juga terasa membumi. Film ini tidak tergoda untuk menjual embel-embel syuting di luar negeri dengan pamer landmark ibu kota Inggris tersebut.
Review film Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang: Film ini tidak tergoda untuk menjual embel-embel syuting di luar negeri dengan pamer landmark ibu kota Inggris. (dok. Visinema Pictures)
|
Hampir seluruh adegan Jalan yang Jauh diambil di kawasan suburban, flat yang jauh dari kesan mewah, hingga jalanan riuh masyarakat lokal yang sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Langkah itu sesungguhnya bukan hal spesial atau menghadirkan kebaruan di dunia film. Namun, ini penting untuk Jalan yang Jauh karena mempertegas penokohan Aurora yang datang ke London untuk belajar, bukan berlibur.
Hal baru lain yang patut dipuji dari sekuel ini adalah kehadiran Honey (Lutesha), Kit (Jerome Kurnia), dan Jem (Ganindra Bimo) sebagai pemeran pendukung.
Mereka berhasil mengisi peran masing-masing dalam porsi yang cukup. Tidak ada karakter pendukung yang terlalu menonjol atau menutupi Aurora sebagai pusat cerita.
Proporsi setiap karakter yang ideal itu disempurnakan dengan kemampuan para aktor yang tetap bisa meninggalkan kesan tanpa menjadi pusat atensi.
Kit menjadi karakter paling memikat di mata saya sepanjang film diputar. Lewat gestur dan dialog dengan karakter lain, Jerome Kurnia berhasil menunjukkan Kit sebagai sosok teman yang tulus membantu serta mendukung Aurora.
Sikap Kit terhadap Aurora juga bagi saya terasa seperti kisah platonik yang manis dan romantis. Ia mampu menunjukkan cinta tanpa perlu mengungkapkan perasaan itu kepada Aurora.
Namun di samping aspek teknis dan penampilan aktor yang memukau, saya merasa kurang puas dengan eksekusi cerita dalam Jalan yang Jauh, Jangan Lupa Pulang.
Lanjut ke sebelah…