Raja Salman Sakit, MbS Jadi ‘Raja Tanpa Mahkota’

Raja Salman Sakit, MbS Jadi ‘Raja Tanpa Mahkota’

Jakarta, CNN Indonesia —

Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MbS), dianggap menjadi ‘raja tanpa mahkota’ ketika menggantikan posisi sang ayah, Raja Salman, yang tak dapat menghadiri pertemuan karena sakit.

MbS mengambil alih kendali peran sang ayah, mulai dari menyapa para pemimpin asing dalam Konferensi Tingkat Tinggi Dewan Kerja Sama Teluk yang diselenggarakan di Riyadh pada Selasa pekan lalu.

Pengamat dari badan think tank Carnegie Endowment for International Peace, Yasmine Farouk, menganggap pergerakan MbS ini menunjukkan kekuasaan lebih sang putra mahkota.

“Ide bahwa putra mahkota secara de facto penguasa negara, melakukan pertemuan dengan presiden asing dan memimpin KTT, sebelumnya hanya terjadi jika raja-raja Saudi dalam keadaan tidak sehat,” ujar Farouk, seperti dikutip AFP.

“Yang sekarang terjadi ada penerimaan dari warga dan media, bahkan yang lebih penting, putra mahkota berperan bahkan ketika Raja Salman sebenarnya dapat memenuhi semua tugasnya.”

Gerak-gerik MbS ini dianggap memperjelas perannya setelah didapuk menjadi putra mahkota pada Juni 2017. Setelah itu, peran MbS tak begitu jelas, hingga akhirnya ia bertemu dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, awal Desember lalu.

Raja Salman biasanya memimpin pertemuan-pertemuan tingkat tinggi seperti ini. Namun, kali ini Raja Salman justru tidak terlihat dan digantikan MbS.

Bagaimanapun, penasihat pemerintahan Saudi, Ali Shihai, memastikan bahwa raja dalam keadaan baik.

“Menurut sumber yang terkonfirmasi, kesehatan raja dalam kesehatan yang bagus, berolahraga setiap hari,” ujar Shihabi di akun Twitter, Rabu.

Menurut Shihabi, Raja Salman tidak suka memakai masker lantaran tak nyaman mengingat usia dia yang sudah menginjak 86 tahun. Raja juga punya kecenderungan ingin berjabat tangan dan menyapa orang dengan hangat.

“Sehingga perlu ekstra hati-hati untuk menjaganya tetap aman dan jauh dari publik,” katanya.

Sejak pandemi Covid-19, Raja Salman tinggal di Neom, di kawasan Laut Merah. Pertemuan terakhir Raja Salman dengan pejabat asing berlangsung pada Maret 2020.

Sementara itu, perjalanan terakhir Raja Salman ke luar negeri adalah ke Oman, saat menyampaikan belasungkawa atas kematian Sultan Qaboos pada Januari 2020.

MbS sendiri memulai tur Teluk menjelang KTT beberapa waktu lalu. Ia bertemu dengan kepala negara-negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk.

“Sekarang, tiap peraturan yang berurusan dengan kerajaan memang melalui kantor putra mahkota. Raja sudah tidak ada lagi dalam foto. (MbS) bukan lagi dalam proses menjadi raja. Dia raja di istana,” kata seorang diplomat Barat.

Jalan MbS menuju takhta juga dianggap sudah jelas. Selama beberapa waktu, ia berhasil menyingkirkan saingannya satu demi satu.

“Tidak ada oposisi di dalam atau luar kerajaan,” kata pengamat Timur Tengah yang berbasis di Washington, Hussein Ibish.

Menurut Ibish, MbS memang lebih terlihat dan kuat. Sang putra mahkota melakukan gebrakan di Arab Saudi dengan mengeluarkan sejumlah aturan yang dianggap lebih moderat.

Di sektor sosial, MbS juga melakukan perubahan. Ia mengizinkan perempuan menyetir sendiri, pergi tanpa wali, dan mengizinkan mereka masuk militer.

Ia juga mengizinkan turis dan investasi asing masuk ke Arab Saudi sebagai upaya menumbuhkan ekonomi negara.

Meski demikian, beberapa negara tak ingin menjalin kesepakatan dengan MbS, terutama karena pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Amerika Serikat bersumpah akan mengambil tindakan lebih keras dari pendahulunya, Donald Trump, yang dianggap lembek terhadap Mbs, padahal Khashoggi bekerja sebagai kontributor media AS.

Hingga kini, pemerintahan Presiden Joe Biden belum berkomunikasi secara langsung dengan MbS. Namun, pemerintahan Saudi sudah menganggap pertemuan MbS dan Biden tak bisa dihindari.

“Itu hanya persoalan waktu,” kata seorang diplomat.

(isa/has)

[Gambas:Video CNN]


Scroll to Top