Jakarta, CNN Indonesia —
Presiden Vladimir Putin diserang berbagai kritik hingga hujatan menyusul kemunduran pasukan Rusia yang kewalahan sampai dibuat menyerah oleh tentara Ukraina di beberapa titik di timur negara eks Uni Soviet itu.
Sejumlah pakar media, analis, blogger, hingga pejabat Rusia buka-bukaan mengkritik keras penanganan “operasi militer” rezim Putin di media sosial sampai acara televisi.
Padahal, mengkritik militer hingga pemimpin negara menjadi barang langka dan berisiko di Rusia karena bisa diganjar denda sampai hukuman penjara.
Berbagai kritik hingga celaan yang menganggap pemerintah “menyusahkan”, “pengkhianatan”, “menyedihkan” terus bermunculan dari berbagai kalangan di Rusia menyusul kemunduran pasukan Putin di Ukraina dalam beberapa waktu terakhir.
Kritik pedas bahkan datang dari salah satu loyalis Putin yakni Pemimpin Chechen Ramzan Kadyrov. Ia menilai militer Rusia tampak lengah menghadapi serangan balik tentara Ukraina terutama di Kharkiv.
Kadyrov mengaku syok dengan kemunduran yang dihadapi pasukan Rusia di Ukraina.
“Mereka (pasukan Rusia) membuat kesalahan dan saya pikir mereka bakal menarik kesimpulan yang diperlukan,” kata Kadyrov dalam pesan audio via Telegram pada Minggu (11/9).
“Ini situasi yang sangat menarik. Ini mencengangkan,” kata Kadyrov.
Selain Kadyrov, komentator politik berhaluan konservatif, Yegor Kholmogorov, juga terkejut dengan kemunduran pasukan Rusia di Ukraina.
“Entah kami telah dikhianati atau pasukan kami (Rusia) tidak pantas berperang,” ucap Kholmogorov.
Salah satu juru propaganda utama Rusia, Vladimir Solovyov, bahkan mengakui tentara Moskow tengah menghadapi “situasi sulit dan serius” di Ukraina.
Kritikan juga datang dari eks anggota parlemen Rusia atau Duma, Boris Nadezhdin. Ia menganggap Rusia “sangat tidak mungkin mengalahkan Ukraina” dengan menggunakan sumber daya yang ada saat ini dan strategi perang usang era kolonialnya.
Nadezhdin juga mengkritik habis-habisan Rusia yang doyan mengerahkan tentara bayaran dan tanpa mobilisasi pasukan.
Kritikan itu diutarakan Nadezhdin dalam acara debat yang disiarkan langsung via televisi. Nadezhdin dengan cepat diganti oleh tamu yang lain dalam acara itu.
Dikutip AFP, sebagian pendukung pasukan Rusia juga mendesak Kremlin meningkatkan skala militer di Ukraina.
Seorang blogger yang punya saluran Telegram dan diikuti 400 ribu orang, Maxim Fomin alias Vladlen Tatarsky, bahkan memberi masukan agar Rusia melakukan “serangan nuklir preventif” di Pulau Ular, Ukraina, yang sempat diduduki Rusia pada Juli lalu di awal-awal invasi.
Puluhan pejabat perwakilan daerah St. Petersburg dan daerah lainnya di Rusia bahkan telah membuat petisi yang mendesak Putin mundur dari kursi presiden lantaran telah merugikan negara. Petisi itu dilaporkan telah diteken 84 pejabat daerah sejauh ini dan diprediksi masih akan bertambah.
Bagaimana respons Kremlin? Baca di halaman berikutnya >>>