Psikolog Ungkap Alasan Mengapa Ada Orang yang Mudah Cemas

Psikolog Ungkap Alasan Mengapa Ada Orang yang Mudah Cemas

Psikolog Ungkap Alasan Mengapa Ada Orang yang Mudah Cemas

Suara.com – Merasa cemas adalah hal yang wajar dialami setiap orang. Namun jika perasaan cemas datang berlebihan, ini bisa jadi adanya masalah pada kesehatan mental. Lalu, mengapa ada orang yang mudah sekali merasa cemas?

Penyebab seseorang mudah merasa cemas diungkap oleh Psikolog sekaligus Penasihat Motherhope Indonesia, Anisa Cahya Ningrum. “Kecemasan datang saat kita memikirkan apa yang belum terjadi, dan itu kita imajinasikan,” ungkapnya pada acara Terapi Kecemasan Covid-19, Minggu (1/8/2021).

Selain itu, penyebab seseorang mudah mengalami stres adalah adanya tuntutan yang harus dikerjakannya. Seperti dalam hal pekerjaan, misalnya, ia punya tugas yang harus diselesaikan. Dengan adanya tuntutan tersebut, ia bisa saja mengalami cemas dan juga stres karena takut tugasnya tidak selesai atau gagal.

Rasa cemas juga bisa disebabkan karena orang tersebut merasa tidak mampu. Menurut Anisa, kondisi ini membuat seseorang tidak tahu harus berbuat apa untuk mengatasi rasa cemasnya.

Baca Juga:
Membaca Bersama Anak Bisa Bantu Atasi Kecemasan Gegara Pandemi

“Ketika seseorang cemas, mereka tidak tahu harus berbuat apa. Atau mungkin dia sudah tahu caranya bagaimana, tapi tidak tahu harus bagaimana cara melakukannya,” ungkapnya lebih lanjut.

Jika kecemasan datang berlebihan, lanjut Anisa, itu bisa berdampak pada imunitas tubuh seseorang.

“Sebenarnya kecemasan itu datang dari pikiran kita sendiri, jadi ada imajinasi kita tentang hal yang kita takutkan di masa depan nanti. Dan ketakutan itu berdasarkan apa yang ada di pikiran kita,” lanjutnya.

“Misalnya, seorang ibu punya anak perempuan yang keluar sampai jam 12 malam belum pulang. Pasti cemas dan khawatir, karena yang ada di pikirannya pergi malam-malam itu bahaya. Banyak kejahatan, apalagi anak perempuan. Itulah yang membuat dia khawatir dan cemas yang dikaitkan berdasarkan pengalamannya,” pungkasnya.

Baca Juga:
WHO Ingatkan Masalah Kesehatan Mental Bisa Jadi Jangka Panjang Akibat Pandemi

Scroll to Top