Pandemi juga dapat menjadi momentum bagi Indonesia untuk mengalihkan fokusnya dari ekonomi material ke ekonomi yang berbasis pada kekayaan intelektual dan teknologi. Di dunia, sejumlah negara yang mampu mengakumulasi kekayaan intelektual dan teknologinya ternyata dapat lebih menjamin kesejahteraan dan masa depan rakyatnya dibandingkan negara-negara yang masih berorientasi pada ekonomi material.
Baca juga: Tegas, Mendikbudristek Ancam Kampus yang Lambat Salurkan Bantuan UKT Mahasiswa
Hal ini disampaikan Prof Chairy dalam orasi pengukuhan guru besar bidang manajemen di President University , akhir pekan kemarin. Chairy adalah guru besar ke-2 yang dikukuhkan oleh President University. Sebelumnya pada 26 April 2019, President University mengukuhkan Prof Jony Oktavian Haryanto, yang juga Rektor universitas tersebut, sebagai guru besar pertama.
“Saya merasa bangga, karena hari ini kami kembali mengukuhkan seorang guru besar yang dilakukan oleh President University. Semoga pengukuhan Prof Chairy ini menginspirasi dosen-dosen President University lainnya untuk segera menjadi guru besar,” kata Jony Haryanto dalam sambutannya.
Oleh karena masih dalam masa Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), acara pengukuhan Chairy sebagai guru besar dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan hanya dihadiri secara terbatas oleh beberapa tamu undangan. Di antaranya, Prof Budi Susilo Soepandji, mantan Gubernur Lemhanas (2011-2016) yang kini menjadi Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Presiden, Chairman Grup Jababeka SD Darmono, jajaran direksi Jababeka dan beberapa perusahaan lainnya, sejumlah rektor perguruan tinggi, para guru besar dan tamu-tamu undangan lainnya.
Baca juga: Maksimalkan Riset di Kampus, Kemendikbudristek Buka Program Riset Keilmuan
Dalam upacara pengukuhan tersebut, Chairy menyampaikan orasi ilmiahnya dengan topik Imagining the Post-Pandemic Era: The Roles of Conscious Consumption and Influencer Marketing in Fostering Circular Economy. Menurut Chairy, pandemi dapat menjadi momentum guna mendorong munculnya gerakan masyarakat untuk mengonsumsi secara sadar (conscious consumption).
“Konsumen yang sadar melihat konsumsi sebagai tindakan sosial. Artinya, mereka tidak mengonsumsi secara berlebihan, melainkan dengan lebih bertanggung jawab,” papar Chairy.
halaman ke-1