Jakarta, CNN Indonesia —
Polisi Turki menangkap lima orang dan menahan 18 lainnya atas tuduhan provokasi usai mengunggah kritikan soal gempa Turki di media sosial.
Kepolisian Turki menyatakan telah mendeteksi 202 pengelola akun yang membuat unggahan provokatif terkait bencana yang melanda Turki.
“Situs yang menyalahgunakan kebijakan warga kami ditutup,” demikian cuit polisi Turki di Twitter.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan soal tindakan provokatif selama berkunjung ke wilayah gempa di Kahramanmaras pada Rabu.
“Saya ingin teman-teman saya dari pers tak memberi kesempatan bagi mereka yang ingin memprovokasi,” kata Erdogan, seperti dikutip CNN.
Ia juga mengkritik balik pihak-pihak yang mempertanyakan respons pemerintah Turki saat gempa.
“Jelas, ada kekurangan. [Namun], tidak mungkin siap menghadapi bencana seperti ini,” ujar Erdogan, seperti dikutip NBC News.
Di saat yang sama, perusahaan pemantau jaringan NetBlocks menerapkan pembatasan terhadap internet yang bisa mencegah pengguna Twitter menjangkau media sosial.
Pemerintah Turki panen kritik karena tak cepat tanggap usai gempa mengguncang negara itu. Salah satu warga terdampak bahkan menceritakan tim penyelamat baru tiba di lokasi gempa 12 jam setelah guncangan pertama.
Gempa bermagnitudo 7,7 melanda Turki hingga Suriah pada Senin pagi waktu setempat.
Imbas bencana itu, sebanyak 12.049 orang tewas. Lebih rinci, korban di Turki mencapai 9.057, sementara di Suriah 2.992 jiwa.
Warga Negara Indonesia (WNI) yang berada di Turki dan Suriah bisa melaporkan diri melalui portal peduli WNI secara online di situs www.peduliwni.kemlu.go.id.
Sementara itu, bagi keluarga yang ingin menghubungi kerabat atau rekan di Turki, bisa menghubungi hotline perlindungan WNI di Ankara, yakni +90 532 135 22 98.
Untuk di Suriah, dapat menghubungi hotline perlindungan WNI di Damaskus, yakni +963 954 444 810.
(isa/bac)