Jakarta, CNN Indonesia —
Polisi Hong Kong menangkap empat penyelenggara peringatan peristiwa berdarah Tiananmen China, Rabu (8/9).
Tiga anggota kelompok Aliansi Hong Kong, Simon Leung, Sean Tang dan Chan To-wai ditangkap pada Rabu (8/9) pagi waktu setempat.
Di hari sebelumnya, menurut pantauan AFP, pengacara terkemuka sekaligus Wakil Ketua Aliansi Hong Kong, Chow Hang-tung, dibawa polisi ke markas mereka itu di Hong Kong, dengan kondisi tangannya diborgol.
“Saya ingin memberitahu warga Hong Kong bahwa kita perlu terus melawan, jangan menyerah pada ketakutan yang tak masuk akal dengan cepat dan mudah.” kata Chan, saat dirinya dibawa ke markas kepolisian Hong Kong, dikutip Reuters, Selasa (7/9).
Polisi mengatakan, penangkapan itu dilakukan lantaran mereka tak memberi informasi sebagaimana berdasarkan Undang-Undang Keamanan Nasional.
Keempat orang itu, telah ditahan dan akan dilakukan penyelidikan lebih lanjut. Polisi juga menyatakan tak menutup kemungkinan ada penangkapan selanjutnya.
Penangkapan Chow terjadi beberapa jam, sebelum dirinya dijadwalkan hadir di sidang jaminan politisi oposisi, Gwyneth Ho.
Ho menarik permohonan jaminannya di Pengadilan Tinggi setelah Hakim Esther Toh menolak permintaanya mencabut batasan pelaporan untuk persidangan.
Pemimpin Aliansi Hong Kong, Albert Ho dan Lee Cheuk-yan sudah dipenjara karena terlibat dalam protes anti-pemerintah pada 2019 lalu.
Sebelumnya, pada Agustus lalu, polisi mengirim surat kepada Aliansi Hong Kong, meminta informasi mengenai keanggotaan organisasi, keuangan dan kegiatan pada 7 September, menurut salinan berkas yang dikirim kepada para wartawan.
Surat itu, menuduh aliansi sebagai, “agen pasukan asing.” Jika gagal memberikan informasi sesuai tenggat waktu akan dikenai denda HK$100 atau sekitar Rp183 juta, demikian menurut AFP.
UU Keamanan nasional menjerat siapa saja yang berkaitan dengan hal-hal seperti subversi, terorisme, dan kerja sama dengan pihak asing yang bisa menyebabkan penjara seumur hidup.
Apa itu tragedi Tiananmen? Baca di halaman berikutnya…
Mengenang Tragedi Tiananment