Gedung Putih mengungkapkan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan bertemu diplomat senior China Yang Jiechi di Roma, Senin (14/3) waktu setempat. Pertemuan itu disebut membahas isu-isu substansial tentang invasi Rusia ke Ukraina.
“Termasuk diskusi substansial tentang perang Rusia melawan Ukraina,” pernyataan Gedung Putih seperti dilansir AFP, Selasa (15/3).
Perwakilan kedua negara tersebut juga diberitakan tidak memberikan keterangan sama sekali kepada pewarta usai pertemuan mereka di sebuah hotel.
Gedung Putih juga mengatakan kedua pejabat tersebut turut “menggarisbawahi pentingnya menjaga jalur komunikasi terbuka antara Amerika Serikat dan China.”
Sebelumnya, Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan melontarkan ancaman kepada China jika mengotot membantu Rusia memuluskan invasi di Ukraina. Ancaman itu disampaikan sebelum bertemu Yang Jiechi di Roma.
Mengutip Reuters, Sullivan memperingatkan akan mengisolasi China dari dunia internasional jika terus mendukung Rusia.
Pejabat AS juga sebelumnya mengatakan bakal menjatuhkan sanksi berat dalam skala perdagangan jika negara itu terang-terang menyokong Rusia. Selain itu, AS juga akan menghentikan kerja sama pengembangan teknologi kepada China serta sanksi ekonomi.
Menteri Perdagangan AS, Gina Raimond, menegaskan, pemerintah bakal mencabut akses perlengkapan dan piranti lunak perusahaan China yang mereka butuhkan untuk proses produksi apabila bersikeras menyuplai kebutuhan ke Rusia.
Sebelumnya, AS juga menyebut Rusia meminta bantuan China untuk memuluskan invasi ke Ukraina. Sullivan menilai bantuan China untuk Rusia sangat mengkhawatirkan AS.
“Kami terus berkomunikasi dengan Beijing kami tidak akan diam saja dan membiarkan negara manapun memberikan kemudahan Rusia dari sanksi ekonomi,” tutur Sullivan.
Sementara itu, China membantah telah memberikan bantuan militer kepada Rusia guna melancarkan invasinya ke Ukraina. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menyebut tuduhan Negeri Paman Sam itu sebagai informasi palsu.
“Baru-baru ini, pihak AS telah menyebarkan informasi palsu terkait China soal situasi di Ukraina dengan niat jahat,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, dalam konferensi pers, Senin (14/3), seperti dikutip CNN.
(AFP/chri)