Suara.com – Situasi pandemi Covid-19 berada di posisi patut diwaspadai. Sebab penurunan kasus bisa saja berdampak pada lonjakan kembali jika pelonggaran aktivitas yang diberikan pemerintah tidak diikuti dengan protokol kesehatan yang baik oleh semua pihak.
Berdasarkan data per tanggal 24 Oktober 2021, laju penularan atau positivity rate Covid-19 terus membaik hingga mencapai 0,5 persen atau jauh di bawah standar aman yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Angka penambahan kasus setiap harinya juga konsisten rendah di bawah 1.000 orang. Bahkan pernah mencatat kasus terendah 620 kasus per hari pada 11 Oktober 2021, angka rendah seperti ini terakhir dicapai pada Juni 2020 lalu saat virus belum bermutasi.
Sejalan dengan itu, angka penambahan kasus kematian pun menurun konsisten di bawah 100 kasus, bahkan pernah mencatat angka terendah pada 17 Oktober 2021 dengan 19 jiwa meninggal dunia. Angka tersebut masih harus terus ditekan hingga nol kematian secara nasional.
Baca Juga:
Alhamdulillah, Kaltim Bebas Dari Zona Merah, Penambahan Kasus Covid-19 Ada 23 Orang
“Saat ini penting untuk melihat perkembangan kematian melalui jumlahnya, bukan persentasenya, karena target kita saat ini menekan angka kematian hingga nol,” Juru Bicara Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito.
Hingga sejauh ini masih ada 14.360 orang berstatus kasus aktif atau orang yang masih di rumah sakit, belasan ribu orang ini diharapkan sembuh agar tujuan nol kematian bisa tercapai.
Hati-Hati Injak Gas Ekonomi
Situasi membaik ini direspon pemerintah dengan kembali menginjak “pedal gas” untuk menggerakan aktivitas ekonomi nasional.
Tempat perbelanjaan, mal, bioskop, taman kota, pariwisata termasuk buka pintu internasional, perkantoran hingga sekolah kembali dibuka, bahkan anak-anak usia di bawah 12 tahun sudah boleh bepergian antar kota dan masuk ke tempat publik dengan protokol kesehatan.
Baca Juga:
Studi: Penyintas Covid-19 yang Menderita Depresi Bisa Disembuhkan dengan Obat Antidepresan
Begitu pun dengan transportasi yang sudah mulai dibuka hingga 100 persen kapasitas dan mencopot tanda jaga jarak, sejumlah pakar kesehatan mengingatkan pelonggaran transportasi ini cukup berbahaya.