Siapa yang tidak kenal Mochtar Riady? Pemilik gurita bisnis Lippo Group. Ia didapuk jadi salah satu orang terkaya di Indonesia dan di dunia oleh Forbes dengan aset US$1,7 miliar atau setara Rp14,36 triliun.
Pundi-pundinya gemuk dari 50 anak perusahaan yang dikembangkan Lippo Group. Harap maklum, bisnisnya tidak hanya jago kandang, tetapi juga merambah ke kawasan Asia Pasifik, seperti Hong Kong, Guang Zhou, Fujian, hingga Shanghai.
Area bisnisnya pun beragam. Pertama, jasa keuangan, meliputi perbankan, investasi, asuransi, sekuritas, dan manajemen aset. Kedua, properti, meliputi perumahan, perkantoran, serta pusat hiburan dan perbelanjaan.
Ketiga, infrastruktur, seperti pembangkit listrik, pembangunan jalan raya, prasarana komunikasi. Hampir seluruh bisnis ini dikonsentrasikan di luar negeri dan dikendalikan oleh Lippo Group yang berbasis di Hong Kong.
Keempat, industri, meliputi komponen elektronik, komponen otomotif, batu bara, dan gas bumi. Dan kelima, bidang jasa yang meliputi teknologi informasi, bisnis, ritel, hotel, rumah sakit, media, serta pendidikan.
Bagaimana kisah konglomerat yang menginjak usia 93 tahun tersebut?
Mochtar lahir di Malang, 12 Mei 1929 silam. Pada 1951, ia menikah dengan Suryawati Lidya. Ia sempat mengelola toko sepeda milik mertuanya, sebelum memutuskan hijrah ke Jakarta pada 1954. Di sana, ia mulai mewujudkan mimpinya menjadi seorang bankir.
Tanpa pengalaman, ia berhasil meyakinkan pemilik Bank Kemakmuran untuk memberinya kursi sebagai direktur. Saat itu, Bank Kemakmuran tengah goyah. Namun, kegigihannya mempelajari bisnis perbankan berhasil memulihkan Bank Kemakmuran hanya dalam waktu setahun.
Kemudian, Mochtar pindah ke Bank Buana. Lalu, lompat lagi ke Bank Panin yang merupakan gabungan Bank Kemakmuran, Bank Industri Jaya, dan Bank Industri Dagang Indonesia.
Pada 1981, ia memutuskan membeli sebagian saham Bank Perniagaan Indonesia. Pada saat itu, ia masih menduduki posisi penting di BCA.
Sembari terus mempercantik Bank Perniagaan, barulah ia melakukan merger dengan Bank Umum Asia. Di sinilah lahir LippoBank, cikal bakal Lippo Group.
Dari perjalanan karirnya, ia berhasil mengajarkan sang anak, James Tjahaya Riady dan Roy Edu Tirtadji melanjutkan visi bisnisnya. Kini, mereka tampil sebagai panglima yang menentukan arah bisnis semua perusahaan yang bernaung di bawah bendera Lippo Group.
“Peluang itu penting dalam hidup seorang pria. Bisa melihat peluang dan memanfaatkannya, berarti Anda sudah setengah jalan menuju kesuksesan. Sisanya, terletak pada kerja keras,” ungkapnya seperti dikutip dari situs resmi Lippo Group.
Kekayaannya Merosot
Menurut Forbes, kekayaan Mochtar Riady terus merosot sejak 2018 lalu. Pada saat itu, ia masih mengantongi aset US$3 miliar. Namun, angkanya merosot menjadi US$2,3 miliar pada 2019. Itu pun, ia masih menduduki peringkat orang terkaya ke-12 di Indonesia.
Lalu, pada 2020, di era pandemi covid-19, kekayaannya makin menyusut menjadi US$1,7 miliar dan bertahan hingga 2021 lalu. Peringkatnya sebagai orang terkaya di Indonesia pun turun ke posisi 21 dan 23.
Alasannya, kinerja saham beberapa perusahaan Lippo Group sempat menyusut, antara lain Multipolar (MLPL), Matahari Department Store (LPPF), Lippo Karawaci (LPKR).
Termasuk juga, Link Net (LINK), hingga Matahari Putra Prima (MPPA). Beruntung, masih ada emiten Lippo Group lainnya yang mencatatkan pertumbuhan.
Saat ini, peringkat Mochtar kembali merangkak di urutan ke-11 setelah Theodore Rahmat. Namun, real time net worth-nya masih di kisaran US$1,7 miliar atau turun 1,64 persen atau US$28 juta per 25 Januari 2022.
(bir/agt)