Angkatan Bersenjata Filipina dan Amerika Serikat melakukan latihan perang gabungan selama dua pekan yang dimulai pada hari ini, Senin (12/4).
Pengumuman itu disampaikan setelah Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, dan Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, berbicara via telepon pada Minggu (11/4) kemarin. Mereka membahas latihan gabungan, situasi di Laut China selatan dan perkembangan keamanan regional belakangan ini.
Menurut Panglima Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Cirilito Sobejana, latihan perang ini melibatkan 1.700 prajurit. Sebanyak seribu tentara dari Filipina dan 700 dari AS.
Latihan ini disebut tak sama dengan latihan sebelumnya yang melibatkan 7.600 serdadu.
“Akan ada kontak fisik tapi minimal” ujarnya, dikutip dari Reuters, Senin (12/4).
Mengenai sengketa di Laut China Selatan, Filipina berulang kali meminta China memindahkan ratusan kapal nelayan yang diparkir di Gugus Karang Whitsun, yang disebut masuk zona ekonomi eksklusif Filipina.
Akan tetapi, China mengatakan kapal-kapal penangkap ikan itu hanya berlindung dari cuaca buruk.
Menurut pernyataan Kemenhan Filipina, dalam wawancara telepon itu Austin juga menegaskan kembali pentingnya perjanjian militer Visiting Forces Agreement (VFA) antara kedua negara.
Lorenzana berjanji untuk membahas masalah itu dengan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte.
Tahun lalu, secara sepihak Duterte membatalkan VFA sebagai tanggapan setelah AS menolak menerbitkan visa bagi orang dekatnya. Perjanjian itu memberikan landasan hukum yakni mengizinkan pasukan AS beroperasi secara bergilir di Filipina.
Duterte mengatakan AS harus membayar lebih jika ingin mempertahankan perjanjian itu.
Tak hanya soal latihan gabungan dan VFA, dalam percakapan tersebut Lorenzana meminta bantuan Austin untuk mempercepat pengiriman vaksin Moderna yang dipesan Filipina. Austin menyatakan akan menindaklanjuti masalah tersebut.
(isa/ayp)