Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bakal menggelar rapat pada Kamis (26/10) untuk membahas perang yang makin berkobar antara Hamas Palestina vs Israel.
Presiden Majelis Umum PBB, Dennis Francis, menyampaikan agenda itu dalam sebuah surat kepada negara-negara anggota pada Senin (23/10) malam.
Pertemuan ini disebut bakal digelar pada Kamis pukul 10.00 pagi waktu setempat. Sebelum majelis berkumpul, DK PBB juga dikabarkan bakal berkumpul dan membahas masalah ini.
Pertemuan Majelis Umum PBB ini dihelat usai sejumlah negara secara resmi meminta Francis menjadwalkan pertemuan. Negara-negara tersebut antara lain Yordania mewakili suara negara Arab, kemudian Rusia, Suriah, Bangladesh, Vietnam, dan Kamboja.
Permintaan ini sendiri diajukan setelah Dewan Keamanan PBB hingga kini gagal menyepakati resolusi merespons perang Hamas vs Israel.
Dalam pemungutan suara DK PBB pekan lalu, para anggota tak bisa mencapai mufakat terhadap dua resolusi yang diusulkan Rusia dan Brasil.
Rusia mengusulkan resolusi yang mendesak gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Namun hanya lima dari 15 negara anggota yang setuju dengan usulan Rusia.
Empat negara yakni Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jepang menolak. Sementara enam negara abstain yakni Albania, Brasil, Ekuador, Ghana, Malta, dan Swiss.
Resolusi itu sendiri ditolak karena usulan Rusia tidak mengecam aksi Hamas menyerang Israel. Teks itu hanya mengutuk kekerasan dan terorisme terhadap warga sipil.
Kemudian, DK PBB kembali melakukan pemungutan suara untuk resolusi kedua yang diusulkan Brasil. Resolusi itu juga gagal karena diveto AS.
AS memveto usulan Brasil karena menilai teks itu tidak menyebut “hak Israel untuk membela diri.”
Resolusi ini sendiri sudah disetujui 12 anggota, kecuali Rusia dan Inggris yang memilih abstain, serta AS yang menolak.
Sebagai satu dari lima anggota tetap DK PBB, AS punya hak untuk memveto. Suara “tidak” dari Washington bisa menghentikan apapun suara yang sedang diajukan.
Perang Hamas vs Israel sejauh ini telah menewaskan lebih dari 6.500 orang dari kedua belah pihak, termasuk warga Palestina di Tepi Barat.
Dari jumlah korban tewas ini, lebih dari 2.000 orang merupakan anak-anak Palestina, demikian dikutip dari AFP.
(blq/rds)