Kementerian Kesehatan India melaporkan kasus kematian pertama akibat infeksi virus corona varian Omicron pada Rabu (5/1), ketika negara itu sedang mengalami ledakan Covid-19.
Sebagaimana dilansir Reuters, Kementerian Kesehatan India melaporkan bahwa seorang pria pengidap diabetes yang terkonfirmasi terinfeksi varian Omicron meninggal dunia di negara bagian Rajashtan.
The Independent melaporkan bahwa pasien bernama Laxminarayan Nagar itu meninggal di Kota Udaipur setelah sempat dirawat selama dua minggu.
Pria 73 tahun ini dinyatakan positif Covid-19 pada 15 Desember dan memiliki beberapa penyakit komorbid, seperti diabetes dan hipertensi. Ia telah mendapatkan dosis lengkap vaksin.
Pihak berwenang kemudian mengirimkan sampel pria ini untuk sekuensi genom. Pada 25 Desember, pria tersebut diketahui terinfeksi varian Omicron, meski tak memiliki riwayat perjalanan ataupun kontak dari kasus sebelumnya.
Dalam pernyataan terbarunya, Kemenkes melaporkan Omicron di India meningkat hingga total 2.135 kasus, hanya sebulan lebih setelah infeksi pertama terdeteksi di negara itu.
Pengumuman ini dirilis ketika India sedang mengalami lonjakan Covid-19 besar-besaran, hingga media lokal menyebutnya sebagai “ledakan.”
Beberapa pejabat pemerintah India sempat mengatakan bahwa kasus Covid-19 akibat gelombang ketiga saat ini dapat melebihi rekor harian yang mencapai 414.000 kasus pada gelombang sebelumnya Mei tahun lalu.
Pemerintah khawatir karena masih banyak masyarakat yang meremehkan varian Omicron dan tak menggunakan masker, terutama karena gejalanya lebih ringan.
Namun, seorang pejabat kesehatan India, Kumar Paul, tak ingin memprediksi lonjakan baru. Walaupun demikian, ia mengakui kasus gejala ringan dapat menekan sistem kesehatan negara itu.
“Tidak ada ruang untuk berpuas diri. Jangan anggap remeh. Kita tidak tahu, sistem (kesehatan) bisa kewalahan, rumah tangga Anda bisa kewalahan,” katanya.
Meski terancam gelombang baru Covid-19 akibat Omicron, pemerintah tetap mengurangi waktu karantina dari yang tadinya 14 hari menjadi 10 hari. Pengurangan waktu karantina ini diterapkan untuk pasien bergejala ringan dan tanpa gejala.
Partai politik India juga terus mengadakan kampanye menjelang pemilihan umum negara bagian yang berlangsung dalam beberapa minggu dan bulan ke depan.
Pihak berwenang di bidang kesehatan pun berencana bertemu dengan otoritas pemilihan umum untuk membahas masalah ini, mengingat kampanye seperti ini berpotensi meningkatkan angka kasus Covid-19.
Sementara itu, pakar kesehatan mengimbau rumah sakit untuk bersiap menghadapi lonjakan pasien.
“Perbesar kapasitas rumah sakit dan optimalkan perawatan untuk orang-orang yang paling membutuhkan,” kata Epidemiologi di Universitas Michigan, Bhramar Mukherjee.
Mukherje pun meminta agar ada penjelasan mengenai detail perawatan yang bisa dilakukan warga sendiri dalam kondisi tertentu agar mereka tak langsung panik ke rumah sakit.
(pwn/has)