Jakarta, CNN Indonesia —
Langit kelabu dan asap beracun terus membekap Lahore, Pakistan, selama sebulan belakangan hingga kawasan itu ditetapkan menjadi kota paling berpolusi di dunia pada pekan lalu.
Sejumlah pakar menyayangkan situasi ini, apalagi jika mengingat Lahore dahulu kala sempat dikenal sebagai kota taman.
Sebagaimana dilansir Associated Press, di era Mughal pada Abad ke-16 hingga ke-19, Lahore memang dipenuhi taman sehingga udaranya sangat sejuk.
Namun kini, urbanisasi besar-besaran dan pertumbuhan populasi yang pesat membuat ruang hijau di kota itu kian tergerus.
Kesibukan kota terbesar kedua di Pakistan ini pun kerap memicu polusi udara. Polusi di kota ini sudah menjadi sorotan selama beberapa tahun ini.
Polusi kian parah sebulan belakangan hingga mencapai puncaknya pekan lalu, ketika indeks kualitas udara Lahore mencapai 203 berdasarkan skala AQI.
Dengan demikian, Lahore mendepak New Delhi, India, dari posisi puncak daftar kota paling berpolusi di dunia. Di hari itu, indeks kualitas udara New Delhi berada di angka 183.
Lahore sendiri terletak di Punjab, provinsi terpadat di Pakistan dengan populasi 110 juta jiwa. Lima kota di Punjab sudah masuk ke dalam daftar 50 kota paling berpolusi di dunia.
Sejak lama, polusi di Pakistan ini menyebabkan warga terserang berbagai masalah kesehatan, seperti asma, kerusakan paru-paru, infeksi bronkial, stroke, masalah jantung, hingga akhirnya angka harapan hidup menjadi lebih pendek.
Aliansi Global soal Kesehatan dan Polusi memperkirakan sekitar 128 ribu warga Pakistan meninggal dunia karena penyakit terkait polusi pada 2019.
Seorang peneliti dari Middle East Institute, Syed Mohammad Ali, menyebutkan bahwa kelambanan pemerintah dalam bertindak membuat polusi di Pakistan semakin parah.
Penyebab polusi di Lahore parah bisa dibaca di halaman selanjutnya >>>