Suara.com – PT Adhi Karya (Persero) Tbk mencatatkan laba bersih sebesar Rp 23,7 miliar pada tahun 2020. Perolehan laba bersih tersebut anjlok 96 persen dibandingkan laba bersih tahun lalu.
“Ini memang fakta yang dihadapi, bagaimana kita lolos dari situasi 2020 pandemi, ketika ada pandemi, kami membuat skenario, kalau tiga bulan bagaimana impactnya, kalau 6 bulan sampai september bagaimana, kemudian 9 bulan impactnya apa. Saat itu kami menemukan kami akan merugi Rp 200 miliar jika kami tidak melakukan apa-apa,” ujar Direktur Utama Adhi Karya, Entus Asnawi Mukhson dalam sebuah Webinar, Rabu (21/4/2021).
Entus mengungkapkan, dari sisi pendapatan sepanjang 2020 tercatat sebesar Rp 10,8 triliun. Angka itu juga turun 30 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun 2019.
“Laba kotor Rp 1,7 triliun ini masih bisa kami pertahankan untuk menghasilkan laba dengan berbagai upaya termasuk sistem IT. Manfaat besar dari pandemi bagaimana kita mengoptimalkan IT membantu kita melakukan aktivitas. Manfaat besar kita memanfaatkan teknologi IT,” ucap dia.
Baca Juga:
Adhi Karya Bentangkan U-Shaped Girder LRT Jabodebek
Entus mengungkapkan, ekuitas perseroan juga mengalami penurunan dari Rp 6,8 triliun menjadi Rp 5,6 triliun. Hal ini terjadi karena perseroan menerapkan PSAK 72.
Sedangkan, Arus Kas Operasi mengalamun positif sebesar Rp1,4 Triliun, meningkat sebesar Rp 0,9 Triliun dibandingkan tahun sebelumnya hanya Rp 0,5 Triliun. Hal ini dikarenakan, adanya pembayaran proyek besar seperti Jalan Tol Sigli – Banda Aceh dan LRT Jabodebek.
“Total Aset ADHI pada Desember 2020 sebesar Rp 38 Triliun, meningkat 4,3 persen dibandingkan bulan Desember 2019 yakni Rp 36,5 Triliun,” kata Entus.
Di sisi lain, Adhi Karya terus mengebut pembangunan kereta api ringan atau Light Rail Transit (LRT) Jabodebek. Pengoperasian LRT, diperkirakan akan berlangsung pada pertengahan tahun 2022.
Entus menyebut, saat ini progres pembangunan LRT ini secara keseluruhan mencapai 83,5 persen.
Baca Juga:
Tak Lagi Jadi Komisaris Adhi Karya, Fadjroel Rachman Digeser ke Waskita
Menurutnya, pembangunan LRT ini memang terlambat dari perkiraan, karena adanya masalah pembebasan tanah untuk Depo kereta ini.