loading…
Sebab, lanjut dia, banyak tenaga medis yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut sangat berisiko tinggi untuk terpapar Covid-19.
“Yang pasti, memang terjadi penurunan karena teman-teman sejawat yang menangani pasien menerapkan pembatasan dan penjadwalan, sehingga tidak setiap hari buka praktik untuk tatap muka. Namun, untuk pasien yang ingin konsultasi masih bisa dilakukan via telemedicine,” ujarnya.
Padahal, kata dia, hingga saat ini masih sedikit dari masyarakat yang mendapatkan akses ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan giginya.
Baca Juga: Dukung Percepatan Vaksinasi, Dokter Gigi Siap Berperan Jadi Vaksinator
“Data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 menyebutkan, dari 57,6 persen penduduk yang bermasalah kesehatan gigi dan mulutnya, baru 10,2 persen yang terlayani,” kata drg Saraswati dalam konferensi pers virtual, Minggu (12/9/2021).
Selain itu, di masa pandemi Covid-19 ini juga masih banyak pasien yang enggan memeriksakan diri ke dokter gigi karena takut tertular dan menularkan. Pasien seperti ini, biasanya memilih untuk menunda kunjungan ke dokter gigi.
Meski demikian, drg Saraswati mengimbau agar masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut, tidak menunda kunjungan ke dokter gigi.
Terlebih bila kondisinya emergency atau darurat, seperti sakit atau nyeri gigi luar biasa, adanya pendarahan yang tidak berhenti, infeksi yang menyebar atau kecelakaan rahang bawah sehingga mengganggu jalan nafas.
Baca Juga: Kasus Corona Kembali Meroket, Bagaimana Praktek Dokter Gigi?
“Walaupun ada pandemi, tapi tetap masyarakat jangan sampai menunda dalam melakukan perawatan dan pemeriksaan gigi,” ujarnya.
(hri)