Kremlin menyatakan tidak ada yang menjanjikan dari pembicaraan damai antara delegasi Rusia dan Ukraina di Istanbul pada Selasa (29/3).
“Kami tidak dapat menyatakan bahwa ada sesuatu yang terlalu menjanjikan atau terobosan. Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” kata juru bicara Putin Dmitry Peskov, seperti dikutip AFP.
Dia menambahkan Moskow menganggap positif bahwa Kyiv telah mulai menguraikan tuntutannya secara tertulis.
“Kami dengan hati-hati menghindari membuat pernyataan tentang hal-hal yang dibahas dalam pembicaraan karena kami percaya bahwa negosiasi harus dilakukan secara diam-diam,” tambahnya.
Negosiator utama Moskow, Vladimir Medinsky, menggambarkan pembicaraan di Istanbul sebagai “bermakna”. Seorang pejabat pertahanan pada dialog tersebut mengatakan Rusia akan secara signifikan mengurangi aktivitas militernya di dekat ibukota Ukraina, Kyiv dan kota Chernigiv.
Namun, pihak berwenang Ukraina mengatakan bahwa pasukan Rusia kemudian membombardir kota utara Chernigiv pada Rabu (30/3), terlepas dari klaim Moskow.
Secara terpisah, Medinsky mengklaim dalam sebuah video yang dia posting di Telegram bahwa “Ukraina menyatakan kesiapan untuk memenuhi tuntutan mendasar yang telah ditekankan Rusia selama beberapa tahun terakhir ini”.
“Jika semua komitmen ini dipenuhi, ancaman pembentukan pangkalan operasi NATO akan dilikuidasi. Pekerjaan terus berlanjut, pembicaraan terus berlanjut”, katanya.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, yang mengunjungi China, mengatakan Moskow senang dengan negosiasi tersebut.
Dalam klip video yang diunggah di Twitter oleh Kementerian Luar Negeri Rusia, Lavrov menggambarkan sebagai kemajuan kesiapan Ukraina untuk menahan diri dari bergabung dengan NATO, “serta memahami bahwa masalah Krimea dan Donbass telah diselesaikan untuk selamanya”.
Kyiv menginginkan jaminan keamanan yang mengikat secara hukum dari negara-negara Barat untuk membatalkan aspirasi NATO-nya.
Namun juru bicara kementerian luar negeri Ukraina Oleg Nikolenko kemudian membantah pernyataan Lavrov.
“Masalah Krimea dan Donbass akan diselesaikan untuk selamanya setelah Ukraina memulihkan kedaulatannya atas mereka,” tulis Nicolenko di Twitter.
“Selama pembicaraan di Istanbul, delegasi Ukraina mempresentasikan proposalnya tentang bagaimana mencapai tujuan ini.”
(AFP/agn)