Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily mengaku peristiwa pemaksaan yang dilakukan Menteri Sosial Tri Rismaharini kepada tunarungu agar berbicara adalah tindakan yang ironis.
Menurutnya, Risma sebagai pejabat negara tidak seharusnya memaksa kelompok difabel untuk berfungsi normal.
“Saya tidak mau berkomentar lebih jauh terkait peristiwa itu, kecuali hanya bisa berkata ironis,” ujar Ace kepada wartawan di komplek parlemen, Senayan, Jakarta Jumat (3/12).
Lebih jauh, menurut politikus Golkar itu, keterbatasan dan perbedaan fisik orang lain semestinya dihargai. Bukan justru memaksakan orang dengan keterbatasan fisik sesuai dengan kemampuan fisik secara normal.
“Mereka juga pasti ingin bicara seperti halnya manusia yang bisa berkomunikasi secara normal. Namun keterbatasan untuk bicara tak bisa dipaksa,” tambah Ace.
Bahkan, Ace mengungkapkan orang dengan disfungsi fisik semestinya mendapat pelayanan yang sama di mata negara. Sebab, sudah menjadi tugas negara untuk memastikan agar kelompok disabilitas dapat menjalani kehidupan sebagaimana warga negara biasa.
“Mereka berhak untuk hidup sebagaimana layaknya manusia yang normal dengan keterbatasan fisik yang dimilikinya. Bukan dengan dipaksa untuk bisa layaknya manusia yang bicara dengan kemampuan normal,” tambahnya.
“Bahkan, negara harus hadir memberikan pelayanan agar mereka tetap memiliki keberfungsian sosial seperti halnya manusia normal,” papar Ace.
Sebelumnya, Risma meminta penyandang disabilitas rungu untuk berani berbicara di depan orang banyak. Tindakan Risma itu mendapat kritik dari perwakilan Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (Gerkatin), Stefanus.
“Saya mau bicara dengan ibu sebelumnya, bahwasannya anak tuli itu memang harus menggunakan alat bantu dengar, tapi tidak untuk dipaksa berbicara,” kata Stefanus melalui juru bicara bahasa isyarat di Kemensos, Jakarta Pusat, Rabu (1/12).
Mendengar kritik tersebut, Risma langsung menghampiri Stefan di lokasi. Risma mengatakan tindakannya meminta para penyandang disabilitas untuk berbicara di depan umum sebagai salah satu upaya untuk melatih kemampuan bicara.
“Kenapa ibu paksa kalian untuk bicara? Ibu paksa memang, supaya kita bisa memaksimalkan pemberian Tuhan kepada kita, mulut, mata, telinga. Tapi saya berharap kita semua bisa mencoba,” ujarnya.
(cfd/DAL)