Komisi Bursa dan Sekuritas AS (SEC) mempertanyakan sebuah kicauan CEO SpaceX Elon Musk berkaitan data akun bot yang berbeda dengan surat kesepakatan akuisisi Twitter.
Kicauan Musk yang dimaksud SEC tertanggal 17 Mei 2022. Isinya, Musk menilai jumlah akun bot dan spam lebih tinggi daripada yang dibeberkan Twitter.
Dalam kicauan itu, miliarder berdarah Afrika Selatan itu juga menyatakan penawarannya berdasarkan dokumen Twitter di SEC akurat. Ia juga menyinggung keengganan CEO Twitter Parag Agrawal membeberkan jumlah akun bot yang sebenarnya.
Musk lalu menulis “Kesepakatan ini tidak dapat berlanjut sampai dia (CEO Twitter) melakukannya”.
Mengutip CNN, SEC kemudian mempertanyakan kicauan itu. Lembaga ini menilai kata ‘cannot’ (tidak dapat) dalam kicauan itu mengindikasikan bahwa sang miliarder dan afiliasinya “menggunakan hak hukum berdasarkan ketentuan perjanjian merger untuk menangguhkan penyelesaian akuisisi Twitter atau sebaliknya tidak berniat untuk menyelesaikan akuisisi.”
Masalahnya, kata SEC, pengajuan peraturan dari pihak Musk terkait dengan kesepakatan akuisisi itu tidak “diubah untuk mencerminkan perubahan materi yang nyata” segera setelah tweet tersebut.
Lembaga ini juga meminta penjelasan mengapa pengajuan itu tidak diperbarui, serta “pernyataan yang jelas tentang rencana atau proposal Mr. Musk saat ini sehubungan dengan akuisisi Twitter.”
20% fake/spam accounts, while 4 times what Twitter claims, could be *much* higher.
My offer was based on Twitter’s SEC filings being accurate.
Yesterday, Twitter’s CEO publicly refused to show proof of
This deal cannot move forward until he does.
— Elon Musk (@elonmusk) May 17, 2022
“Kami mencatat bahwa Schedule 13D tidak diubah untuk merefleksikan perubahan material yang telah terjadi berdasarkan fakta yang dilaporkan dalam poin 4 dari Schedule 13 D” tulis SEC seperti dilansir CNBC.
Mengutip Investopedia, Schedule 13 D adalah formulir yang harus disetor kepada SEC ketika seseorang atau kelompok mendapat lebih dari 5 persen voting dari saham ekuitas sebuah perusahaan. Schedule 13 D harus disetor dalam waktu 10 hari setelah hal itu tercapai.
Sebagai respons atas surat SEC tertanggal 7 Juni itu, pengacara Musk menyatakan bahwa Musk “tidak percaya” bahwa tweet tersebut memerlukan pembaruan di surat pengajuan akuisisinya.
“Terlepas dari keinginan Tn. Musk untuk mendapatkan informasi untuk mengevaluasi potensi spam dan akun palsu, tidak ada perubahan material pada rencana dan proposal Tn. Musk mengenai transaksi yang diusulkan pada saat itu,” tulis surat pihak Musk tersebut.
Twitter sebetulnya telah membeberkan bahwa jumlah akun bot dalam platform mereka ada di bawah 5 persen. Namun, Musk tidak percaya dengan klaim tersebut. Akhir pekan lalu, Musk mengajukan pembatalan kesepakatan akuisisi.
Merespons hal itu, Twitter mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Delaware demi memaksa Musk melanjutkan kesepakatan pembelian senilai US$44 miliar (Rp660 triliun) itu.
(lth/lth)