loading…
Benyamin Sueb. Foto: senibudayabetawi.com
Karena dimarahi Soekarno lantas seniman kelahiran Kemayoran, Batavia, 5 Maret 1939 itu mencari musik alternatif agar bisa tetap bernyanyi. Maka, Gambang Kromong itulah hasilnya.
Baca juga: Cerita Bintang Hollywood Marilyn Monroe Dilarang Tampil di Menteng
Lagu-lagu populer yang dinyanyikan Benyamin berduet dengan Ida Royani merupakan bentuk kreasi akibat kebijakan politik Presiden Soekarno. Saking kerasnya pelarangan berujung pemenjaraan musisi Koes Bersaudara lantaran lagu-lagunya kental dengan irama musik Barat.
Diceritakan dalam buku Kisah-Kisah Edan Seputar Djakarta Tempo Doeloe karya Zaenuddin HM, Benyamin yang ketika itu sudah menjadi penyanyi komersial pernah tampil di sebuah klub malam dan menyanyikan lagu Bloe Moon. Usai bernyanyi, dia didatangi wartawan Warta Bhakti, koran milik PKI.
Bang Ben ditanya kenapa menyanyikan lagu Barat, padahal Bung Karno sudah mengeluarkan larangan tegas. Dasar Benyamin, dia tak kehabisan akal. Dia bernyanyi menggunakan lirik dari bahasa Betawi dengan diiringi musik Gambang Kromong.
“Padahal waktu itu siapa sih yang menghargai musik Betawi? Masyarakat masih memandang rendah,” ujar Alwi Shahab, pengamat budaya Betawi seperti dituturkan dalam buku Kisah-Kisah Edan Seputar Djakarta Tempo Doeloe.
Sejak Orde Lama tumbang, musik Gambang Kromong di tangan Benyamin maju pesat. Lahirlah lagu-lagu yang sangat populer dan akrab di telinga masyarakat.
Si Jampang (1969) adalah lagu pertama yang melambungkan karier Benyamin di belantika musik pop Betawi dengan irama Gambang Kromong. Dia mampu mengaduknya dengan unsur rock, bahkan soul dan blues. Banyak pengamat musik menilai Gambang Kromong yang dibawakan Benyamin adalah gambang modern.
Dengan melejitnya Benyamin S otomatis dunia musik Indonesia dimeriahkan warna Betawi, Gambang Kromong. Dalam seluruh lagunya, Bang Ben bertutur tentang kelas bawah sebuah kota kampung yang tengah tumbuh menjadi metropolitan Jakarta.
Misalnya dia bercerita tentang kebakaran yang sering terjadi di ibu kota lewat lagu Kompor Mledug. Kemudian, dia bertutur tentang suasana perayaan 17 Agustus melalui lagu Main Panjat-panjatan dan Ondel-Ondel.
Baca juga: Geopolitik Indonesia dan Pesan Soekarno
Menurut budayawan Remy Silado, kalau kita mau tahu Kota Jakarta ya dengarkan saja lagu-lagu Benyamin S. Perjuangan Benyamin mengangkat musik pop Betawi memang tidak sia-sia. Dia justru berhasil menciptakan kreasi musik di tengah kekangan politik Orde Lama.
“Kalau Bung Karno nggak marahin atau melarang musik Barat kala itu mungkin gue nggak nyanyiin lagu-lagu Betawi,” kata Benyamin suatu ketika semasa hidupnya.
(jon)