loading…
Panglima ABRI Jenderal TNI (Purn) M Jusuf. Foto: Buku TNI AD dalam gambar tahun 1980
Dikutip dari buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan, penulis Anton Agus Setyawan dan Andi M Darlis, Januari 2013, dalam rentang tahun 1957-1965 M Jusuf yang menjabat Pangdam Hasanuddin dengan pangkat Brigjen TNI melakukan perundingan dengan Qahhar Mudzakkar.
Baca juga: Kenang M Jusuf, KSAD Dudung: Jenderal TNI yang Perhatian dengan Prajurit
Perundingan tidak mencapai kata sepakat, bahkan ditemukan fakta Qahhar Mudzakkar tak memiliki iktikad baik. Alih-alih berusaha mencari solusi untuk mewujudkan perdamaian, Qahhar Mudzakkar justru menyiapkan pasukan guna menyergap pasukan pemerintah.
Ketika masuk lokasi perundingan, Brigjen TNI M Jusuf beserta staf dikepung. Beruntung, sejumlah prajurit Brimob dan pasukan pengawal Pangdam sigap melindungi Pangdam dengan cara mengevakuasi M Jusuf ke dalam panser.
Namun, beberapa anggota Brimob gugur dan terluka karena menjadi tameng hidup saat melindungi M Jusuf dari berondongan senjata pemberontak. Akhirnya M Jusuf selamat dari upaya pembunuhan pemberontak Qahhar Mudzakkar.
Setelah tak lagi menjadi Pangdam Hasanuddin dan mengemban amanah lebih tinggi sebagai Panglima ABRI, Jenderal TNI M Jusuf tak heran sangat peduli terhadap kesejahteraan dan perlengkapan anggota Brimob. Dia memerhatikan seluruh anak buahnya dan tidak membeda-bedakan asal kesatuan.
Baca juga: Profil Jenderal Surojo Bimantoro, Kapolri yang Pernah Berseteru dengan Gus Dur
Oleh M Jusuf, Brimob juga diizinkan melaksanakan latihan tempur mandiri untuk mengasah kemampuannya. Wajar saja M Jusuf sangat disegani anak buahnya.
Seorang perwira Satuan Pelopor Brimob dalam buku Resimen Pelopor (Edisi Revisi), Pasukan Elite Yang Terlupakan ini dikenal dengan nama samaran Romeo mengakui warisan pendidikan Brimob pada Orde Baru melekat kuat pada anggota Brimob saat ini.
Ketika Orba, Brimob dididik dengan fasilitas seadanya dan memperoleh perlengkapan memprihatinkan. Namun, Romeo juga menjamin Pelopor saat ini sudah mengalami perubahan baik dari sisi pelatihan maupun perlengkapan. Hanya saja memang masih jauh dari kualifikasi Pelopor pada tahun 1950-an hingga 1960-an eranya Jenderal TNI M Jusuf.
(jon)