Lonjakan kasus Covid-19 terus menggila di Korea Utara membuat rumah sakit negara itu kewalahan.
Pihak berwenang telah menempatkan siswa medis di Kota Pyongyang untuk menolong rumah sakit, tetapi angka kematian masih meningkat.
Sementara itu, seorang warga Pyongyang mengatakan dokter di Korut tak mampu menangani Covid-19 dengan cepat. Ini disebabkan karena sikap Korut yang ‘menyangkal’ keberadaan virus corona di negara itu.
“Hasilnya, beberapa lansia dan orang yang penyakit kronis, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes, yang terinfeksi Omicron, meninggal dunia karena mereka tak menerima perawatan yang sesuai,” kata sumber itu kepada Radio Free Asia.
“Tak hanya itu, beberapa orang meninggal karena efek samping dari obat-obatan yang mereka beli mandiri tanpa resep yang benar,” lanjut sumber tersebut.
Sumber itu juga menceritakan Korut telah mendeklarasikan status darurat dan menempatkan dokter di berbagai rumah sakit kota itu, termasuk menempatkan siswa kedokteran.
Masyarakat dalam kota itu juga harus menjalani pemeriksaan intensif. Mereka harus mengecek suhu dan melaporkan gejala yang tak normal dua kali sehari.
Tak hanya itu, permintaan obat penurun panas dan antibiotik juga melonjak. Banyak masyarakat pergi ke beberapa apotek demi mendapatkan acetaminophen, ibuprofen, dan amoxicillin.
Warga Penuhi Rumah Sakit Sebelum Pemerintah Akui Kasus Covid
Masyarakat di Kota Hamhung, provinsi Hamgyong Selatan, telah memenuhi rumah sakit beberapa hari sebelum pemerintah mengakui kasus pertama Covid-19, kata seorang sumber medis di sana.
“Ada rumah sakit provinsi dan kota, pun institusi kesehatan dan fasilitas di Kota Hamhung. Namun dalam rumah sakit kota, mereka hanya memiliki beberapa ranjang dengan peralatan dan fasilitas medis yang kurang, pun dokter yang tak berpengalaman,” kata sumber kedua itu.
“Saya khawatir mereka bisa mengatasi itu. Saya sangat senang bila pemerintah mendapatkan bantuan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa atau obat-obatan yang dibuat di Korea Selatan, yang efektif dan aman,” tuturnya.
Korut sendiri telah mendeteksi 2,2 juta kasus demam, dengan 65 orang meninggal dunia. Namun, tak jelas berapa banyak dari kasus demam tersebut yang merupakan kasus Covid-19.
(pwn/bac)