Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mundur dari jabatannya sebagai Ketua Democratic Progressive Party (DPP) usai kalah pemilu pada Sabtu (26/11).
Pemilu ini digelar untuk memberi suara buat walikota, hakim dan berbagai jabatan lainnya di 22 kota dan kabupaten di Taiwan. Pemilu ini sebelumnya digambarkan Tsai sebagai panggung untuk menunjukkan tekad Taiwan membela kebebasan dan demokrasi usai China meningkatkan tekanan.
DPP kehilangan empat dari enam walikota utama di pulau itu, termasuk ibu kota Taipei.
“Hasil pemilu tidak seperti yang diharapkan … Saya harus memikul semua tanggung jawab dan saya segera mengundurkan diri sebagai ketua DPP,” kata Tsai, disitat dari AFP.
Walau mundur sebagai ketua partai, Tsai tetap menjaba sebagai presiden.
“Tapi kita tak punya waktu untuk merasa sedih, kita harus bangkit setelah jatuh … Tidak ada ruang untuk ragu-ragu bagi Taiwan dalam menghadapi situasi internasional saat ini dan tantangan masa depan,” ucap Tsai.
DPP cuma mengamankan total lima kota dan kabupaten, kalah telak dari partai oposisi Kuomintang (KMT) yang mendapat 13.
China, yang menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan akan direbut suatu hari nanti, telah menjadi agresif terhadap Taiwan di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping.
Ketegangan naik ke level tertinggi pada Agustus ketika China menggelar latihan militer besar-besaran di sekitar Taiwan untuk memprotes kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taipei.
KMT yang mempromosikan hubungan lebih dekat dengan China ketika berkuasa, berjanji ‘bekerja keras untuk menjaga perdamaian di kawasan itu’ saat ketuanya menyatakan kemenangan pemilu di konferensi pers.
(fea)