Jakarta, CNN Indonesia —
Pemerintah Jerman mengumumkan larangan bagi warganya untuk melakukan perjalanan yang tidak penting ke China, Sabtu (7/1).
Larangan ini dikeluarkan sebagai imbas lonjakan kasus covid-19 di Tiongkok.
“Saat ini, kami mencegah perjalanan yang tidak penting ke China. Alasannya adalah puncak infeksi covid dan sistem kesehatan dan kewalahan,” tulis Kementerian Luar Negeri Jerman di Twitter, dikutip Sabtu (7/1).
Pekan ini, Uni Eropa sangat mendorong 27 negara anggotanya untuk melakukan tes covid-19 terhadap pelaku perjalanan dari China. Tes acak pun diminta diberlakukan saat kedatangan.
Seperti dilaporkan AFP, beberapa negara Uni Eropa seperti Jerman, Prancis, Italia dan Spanyol telah memberlakukan persyaratan tes covid bagi pelancong yang datang dari Asia. Kemudian untuk negara non-Eropa, Amerika Serikat dan Jepang juga telah melakukan tindakan serupa.
Saat ini China tengah menghadapi lonjakan kasus covid-19 buntut pencabutan kebijakan ketat zero covid bulan lalu. Pasien yang mayoritas lansia pun membanjiri rumah sakit.
China seolah menyembunyikan angka kasus dan angka kematian pasti akibat covid-19. Namun akhir Desember 2022, dilaporkan ada lebih dari 7.000 infeksi baru dan satu kematian. Hanya saja, angka ini berbeda dengan kenyataan di lapangan.
Beberapa media asing termasuk CNN, Financial Times dan Bloomberg, menuliskan selama 20 hari pertama pandemi, setidaknya ada 250 juta penduduk China yang diduga terinfeksi.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun sempat curiga China memanipulasi data kematian. Direktur Kedaruratan WHO Michael Ryan berkata Beijing tidak melaporkan data lengkap. Ia yakin data yang diberikan tidak mewakili angka sesungguhnya.
“Kami tak mendapat data lengkap. Kami yakin jumlah saat ini yang dirilis China kurang mewakili dampak sebenarnya dari penyakit ini” kata , kepada reporter Rabu (4/1), seperti dikutip AFP.
(els/pta)