Taliban mengejutkan banyak pihak karena berhasil mengusai wilayah Ibu Kota Kabul dan menduduki Istana Kepresidenan Afghanistan pada Minggu (15/8), hanya sekitar tiga bulan sejak pertama kali melancarkan serangan.
Taliban mulai mengintensifkan serangan setelah Amerika Serikat dan NATO memutuskan untuk menarik pasukan mereka setelah 20 tahun berperang pada 4 Mei lalu.
Saat itu, mereka melancarkan serangan besar-besaran pertama di Provinsi Helmand dan enam kawasan lain. Beberapa hari kemudian, mereka berhasil merebut distrik Nerkh dekat Kabul.
Pada Juni, Taliban menggencarkan gempuran di wilayah utara, jauh dari daerah kekuasaan mereka di selatan. Di akhir bulan, mereka berhasil menguasai sekitar 50 dari total 370 distrik di kawasan utara Afghanistan.
Sepanjang Juli, mereka terus menggencarkan serangan. Berdasarkan keterangan militer Amerika Serikat, Taliban berhasil merebut nyaris setengah dari keseluruhan distrik di Afghanistan. Saat itu, banyak pasukan Afghanistan justru kabur ketika Taliban datang.
Memasuki Bulan Agustus, Taliban berhasil merebut ibu kota provinsi pertama, yaitu Zaranj. Di hari-hari berikutnya, Taliban kian beringas hingga merebut Kota Kunduz di utara.
Pada 13 Agustus, Taliban menguasai empat ibu kota provinsi hanya dalam satu hari, termasuk Kandahar sebagai kota terbesar kedua di Afghanistan.
Keesokan harinya, Taliban semakin mendekati Kabul setelah merebut Mazar-is-Sharif tanpa perlawanan dari pasukan Afghanistan.
Sehari kemudian, Taliban menguasai kota kunci di timur Afghanistan, Jalalabad, sekali lagi tanpa perlawanan pasukan pemerintah. Dengan demikian, Taliban berhasil mengepung ibu kota dari segala sudut.
Hingga akhirnya, pada 15 Agustus, Taliban berhasil menguasai ibu kota. Mereka lantas menduduki Istana Kepresidenan, membuat Presiden Ashraf Ghani kabur ke Tajikistan demi menghindari pertumpahan darah.
Kejatuhan Afghanistan ke tangan Taliban ini dianggap sebagai kegagalan AS yang mengklaim melatih pasukan pemerintah setempat untuk melawan kelompok ekstremis dalam 20 tahun terakhir. Namun bagi Taliban, perebutan kekuasaan ini menjadi kemenangan bagi Afghanistan.
“Hari ini adalah hari besar bagi rakyat Afghanistan dan mujahidin (Taliban). Mereka menyaksikan buah dari upaya dan pengorbanan mereka selama 20 tahun,” ujar juru bicara Kantor Politik Taliban, Mohammad Naeem, kepada, yang dikutip Reuters, Senin (16/8).
Ia kemudian berkata, “Terima kasih, Tuhan. Perang di negara ini telah berakhir.”
Setelah itu, Naeem menyebut Taliban akan segera menyusun bentuk pemerintahan baru di Afghanistan di bawah kekuasaan mereka dengan menggandeng kelompok lain. Dia menyebut Taliban ingin membangun hubungan internasional dan tak hidup dalam isolasi.
(tst/has)