Suara.com – Kebutuhan vaksin COVID-19 yang tinggi membuat negara-negara dunia berlomba meneliti dan menghasilkan vaksin yang ampuh dan mujarab.
Sebagai salah satu negara dengan tingkat vaksinasi yang baik di kawasan Asia-Pasifik, Indonesia siap mengisi peran sebagai produsen vaksin COVID-19.
Hal ini dikatakan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang disampaikan dalam pertemuan Dewan Aliansi Vaksin Gavi dengan para ketua bersama COVAX Advance Market Commitment (AMC) Engagement Group, di mana Indonesia mengangkat isu kendala ketersediaan pasokan vaksin.
“Produsen vaksin harus mampu meningkatkan kapasitas produksinya dan sudah saatnya negara berkembang dimasukkan dalam rantai pasokan vaksin global,” kata Menlu Retno dalam pernyataan pers.
Baca Juga:
65 Ribu Pelajar Sulsel Sudah Disuntik Vaksin Covid-19
Meningkatkan produksi atau pasokan vaksin dianggap sebagai salah satu upaya penting untuk memenuhi target vaksinasi 70 persen penduduk dunia pada pertengahan 2022.
Untuk mencapai target tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa dunia membutuhkan sedikitnya 11 miliar dosis vaksin COVID-19.
“Pada saat kita bicara mengenai rantai pasokan vaksin, saya sebutkan bahwa pembentukan pusat manufaktur vaksin mRNA yang sudah dilakukan di Afrika Selatan harusnya direplikasi di wilayah lain untuk mempercepat peningkatan produksi vaksin,” kata Menlu Retno.
Selain melalui peningkatan produksi, Indonesia juga terus mendorong mekanisme berbagi dosis vaksin (dose-sharing) dari negara yang memiliki kelebihan dosis vaksin kepada negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Dalam hal ini, Menlu RI sebagai salah satu ketua bersama COVAX AMC EG menekankan pentingnya negara yang memiliki kelebihan dosis vaksin untuk berbagi dosisnya secara lebih transparan, menyampaikan waktu pengiriman, dan menghindari berbagi dosis vaksin yang sudah akan habis masa berlakunya.
Baca Juga:
Niatnya Vaksin Flu, Balita 4 Tahun Malah Disuntik Vaksin Covid-19 Dosis Tinggi!
Isu lain yang disoroti Indonesia dalam pertemuan interaktif antara Dewan Gavi dengan para ketua AMC EG adalah tentang diskriminasi vaksin.