Jakarta, CNN Indonesia —
China berniat menstabilkan hubungan dengan Amerika Serikat (AS) sebagai prioritas utama setelah hubungan kedua negara menjadi ‘dingin’ belakangan ini.
Menteri Luar Negeri China, Qin Gang, menyatakan, serangkaian kata dan perbuatan yang salah oleh AS telah menempatkan hubungan antara kedua negara adidaya ini menjadi ‘dingin’. Komentar itu terlontar dalam pertemuan antara Qin Gang dengan Duta Besar AS untuk China, Nicholas Burns di Beijing.
Qin menyebut, tindakan dan kata-kata AS telah merusak momentum positif yang diperoleh dengan susah payah setelah pertemuan pemimpin China Xi Jinping dengan Presiden AS Joe Biden di Indonesia tahun lalu.
“Agenda dialog dan kerja sama yang disepakati kedua belah pihak telah terganggu, dan hubungan kedua negara sekali lagi mendingin,” kata Qin dalam pernyataan yang dirilis Kementerian Luar Negeri China, seperti dilansir CNN.
Sementara itu, dalam postingan singkat di Twitter, Burns mengatakan, dia dan Qin membahas soal tantangan dalam hubungan AS-China dan perlunya menstabilkan hubungan serta memperluas komunikasi tingkat tinggi.
Ketegangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia ini meningkat pada Februari setelah benda yang disebut “balon mata-mata China”, diduga terbang di atas wilayah AS dan kemudian ditembak jatuh oleh militer Amerika.
Insiden tersebut mendorong Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken untukmenunda rencana perjalanan ke Beijing, kunjungan yang sebelumnya dipandang sebagai langkah penting dalam memperbaiki hubungan diplomatik yang penuh dengan kondisi terburuk dalam beberapa dasawarsa. Sampai saat ini pun belum ada indikasi apakah perjalanan akan dijadwal ulang.
“Prioritas utama sekarang adalah untuk menstabilkan hubungan China-AS, menghindari spiral ke bawah dan mencegah kecelakaan antara China dan AS,” kata Qin kepada Burns. “Ini harus menjadi konsensus paling mendasar antara China dan AS,” tambahnya.
Qin mendesak AS untuk merenung secara mendalam sebelum kembali bertemu China, demi mendorong hubungan bilateral kedua negara keluar dari kesulitan saat ini. Dia meminta AS menghormati China dan berhenti merusak kepentingan kedaulatan, keamanan, dan pembangunannya, khususnya tentang masalah Taiwan, sebuah wilayah yang diklaim China sebagai miliknya.
“(AS) tidak dapat berbicara tentang komunikasi di satu sisi, tetapi terus menekan dan menahan China di sisi lain,” katanya.
Qin mendesak AS untuk mengakhiri dukungan untuk pasukan “independen Taiwan”. Pihak Washington sebenarnya mengakui posisi Beijing bahwa Taiwan adalah bagian dari China di bawah kebijakan “satu China’. Tapi, AS tidak pernah secara resmi mengakui klaim Partai Komunis China atas pulau berpenduduk lebih dari 23 juta jiwa itu.
Di bawah Undang-Undang Hubungan Taiwan, Washington juga terikat oleh hukum untuk memberi Taiwan sarana untuk membela diri. Dalam kekuasaan Xi Jinping, China meningkatkan tekanan ekonomi, diplomatik, dan militer terhadap Taiwan dalam beberapa tahun terakhir.
(wiw)