Suara.com – Taliban mengambilalih Afghanistan yang menimbulkan kekhawatiran baru bagi para ahli keuangan dan ekonomi.
Mengutip nbcnews.com Kamis (19/8/2021) mata uang mereka yakni Afghani anjlok ke rekor terendah. Bank Sentral Afghanistan yang telah mempublikasikan nilai tukar berhenti melakukan perdagangan pada hari Kamis pekan lalu.
Sehari sebelumnya, Ajmal Ahmady, penjabat gubernur bank sentral Afghanistan, mentweet bahwa dia telah meninggalkan negara itu.
Semua itu terjadi setelah penarikan tunai lokal yang terburu-buru dilaporkan dan Western Union mengumumkan bahwa mereka menangguhkan layanan pengiriman uang ke Afghanistan.
Baca Juga:
Potret Motor yang Ikut Andil dalam Kemenangan Taliban di Afghanistan, Tak Perlu Canggih!
MoneyGram juga tampaknya telah menghentikan layanannya, dan tidak menanggapi permintaan komentar.
Anggota diaspora Afghanistan merasa lebih sulit untuk mengirim uang dan mendapatkan uang tunai ke tangan orang yang mereka cintai.
Ini sangat menantang mengingat hampir semua warga Afghanistan tidak memiliki rekening bank, dan banyak orang bergantung pada pengiriman uang tunai dari kerabat dan teman di luar negeri, tidak hanya di AS tetapi juga di negara-negara tetangga seperti Iran dan Pakistan.
“Sekitar 4 persen dari produk domestik bruto Afghanistan berasal dari pengiriman uang pribadi seperti itu,” menurut laporan Bank Dunia baru-baru ini.
Serina, 27, seorang wanita Afghanistan-Amerika yang tinggal di AS yang meminta untuk merahasiakan nama belakangnya karena takut akan keselamatan keluarganya, mengatakan bahwa dia secara teratur mengirim uang ke Afghanistan melalui MoneyGram, biasanya 400 dolar AS setiap kali.
Baca Juga:
Mendongkrak Ekonomi Pasca-Resesi
Ayah mertuanya akan pergi ke bank untuk mengambil uangnya. Baru-baru ini Juli, katanya, dia mengirim 700 dolar AS – lebih dari biasanya – untuk menghormati Idul Adha, salah satu perayaan Islam yang paling penting. Beberapa hari yang lalu, dia berhasil mengirim 400 dolar AS.