Gereja Unifikasi Buka Suara soal Donasi saat Terseret Pembunuhan Abe

Gereja Unifikasi Buka Suara soal Donasi saat Terseret Pembunuhan Abe

Jakarta, CNN Indonesia

Gereja Unifikasi buka suara usai terseret kasus pembunuhan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

Pelaku penembakan dendam ke sekte ini karena sang ibu bangkrut usai donasi besar.

Staf media Unifikasi Federasi Keluarga dan Perdamaian Dunia (FFWPU) yang menjadi nama resmi Gereja Unifikasi, Demian Dunkley, membantah pihaknya memaksa jemaat untuk berdonasi.

“Penilaian kami bahwa semua sumbangan sebelum [ke] Surga harus diberikan secara cuma-cuma,” kata Dunkley kepada AFP, dikutip Kamis (28/7).

[Gambas:Video CNN]

Ia kemudian berujar, “FFWPU terkadang meminta sumbangan, tetapi anggota FFWPU memilih apakah, kapan, dan berapa banyak yang akan mereka berikan.”

Donasi di Gereja Unifikasi jadi sorotan tajam usai insiden penembakan Shinzo Abe. Pelaku pembunuh Abe, Tetsuya Yamagami, mengaku dendam terhadap organisasi ini lantaran membuat bangkrut sang ibu.

Ibu Yamagami disebut telah menyumbang ke Gereja Unifikasi sebesar 100 juta yen atau sekitar Rp10,8 miliar.

Sang ibu sempat menjadi organisasi ini pada 1998 usai suaminya meninggal. Kemudian pada Juni 1999, ia menjual tanah warisan kakeknya dan rumah di Nara.

Salah satu mantan jemaat Gereja Unifikasi, Hiroshi Yamaguchi, buka suara soal donasi jemaat di sekte ini.

“Anggota dalam tekanan setiap hari untuk donasi,” kata Yamaguchi.

Ia kemudian bercerita bahwa sekte ini memberi tahu ke anggota karma melekat pada uang dan donasi menjadi jalan penyelamat.

“[Donasi] adalah satu-satunya cara menyelamatkan diri Anda sendiri. Jadi Anda pikir Anda harus melakukannya,” terang Yamaguchi.

Lanjut baca halaman berikutnya…


Pengakuan Mantan Anggota Gereja Unifikasi


BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Scroll to Top