Jakarta, CNN Indonesia —
Rekor suhu tercipta di seluruh Asia Tenggara atau ASEAN selama akhir pekan lalu, saat wilayah tersebut mengalami gelombang panas selama seminggu, yang telah membawa kesengsaraan bagi jutaan orang.
Suhu tertinggi sepanjang masa tercatat di Vietnam, Laos, dan ibu kota Thailand, Bangkok, di mana panasnya diperparah oleh musim kabut asap yang intens yang menyebabkan tingkat polusi melonjak.
Para ilmuwan sejak lama memperingatkan bahwa gelombang panas akan menjadi lebih buruk, karena dampak krisis iklim yang disebabkan oleh manusia semakin cepat.
Menurut pengamat cuaca, Maximiliano Herrera, di Vietnam, suhu mencapai44,2derajat Celcius (sekitar 111,6 Fahrenheit) pada hari Sabtu (6/5) di distrik utara Tuong Duong, merupakan suhu tertinggi yang pernah tercatat di negara tersebut.
Herrera menambahkan, di negara tetangga Vietnam, Laos, tepatnya di KotaLuang Prabang mencapai suhu 43,5derajat Celcius (110,3 Fahrenheit) pada hari Sabtu (6/5), memecahkan rekor nasional 42,7 derajat Celcius (108,9 Fahrenheit) yang baru ditetapkan bulan lalu.
Ibu kota Laos, Vientiane, juga memecahkan rekor sepanjang masa akhir pekan ini dengan suhu 42,5 derajat Celcius (108,5 Fahrenheit). Sementara itu di Thailand, hari Sabtu (8/5) terjadi suhu terpanas yang tercatat di Bangkok yakni 41 derajat Celcius (105,8 Fahrenheit).
Berdasarkan data dari Departemen Meteorologi Thailand, Herrera membeberkan, Bangkok termasuk di antara sebagian besar wilayah di Thailand yang menderita suhu di atas 30-an hingga rendah 40-an Celcius sejak akhir Maret 2023. Pada pertengahan April 2023, kota barat laut, Tak, menjadi tempat pertama di negara itu yang mencapai 45 derajat Celcius (113 Fahrenheit).
Bulan lalu, Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha menyatakan keprihatinan atas “suhu tinggi yang berbahaya di berbagai bagian Thailand.”
April dan Mei biasanya merupakan bulan-bulan terpanas dalam setahun untuk Asia Selatan dan Tenggara, karena suhu naik sebelum hujan muson tahunan.
Suhu di seluruh wilayah diperkirakan akan kembali mendekati rata-rata dalam beberapa hari mendatang, tetapi peristiwa panas yang belum pernah terjadi sebelumnya menjadi lebih umum seiring dengan meningkatnya krisis iklim.
Sebuah studi tahun 2022menentukan bahwa gelombang panas yang berbahaya, pada suhu 39,4 derajat Celcius (103 derajat Fahrenheit) ke atas, akan terjadi antara tiga hingga 10 kali lebih sering pada pergantian abad.
Di daerah tropis, yang meliputi sebagian besar wilayah Asia,penelitian ini menemukan bahwa hari-hari “panas yang sangat berbahaya”, yang didefinisikan bisa mencapai 51 derajat Celsius (124 Fahrenheit) hingga dapat berlipat ganda, sehingga membahayakan populasi negara yang terkena dampak.
“Menurut definisi, kita tidak tahu apa yang bisa terjadi jika populasi besar terpapar tekanan panas dan kelembapan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tetapi, gelombang panas dalam beberapa dekade terakhir telah terjadi. Sangat mematikan dan ada penyebab serius yang perlu dikhawatirkan di masa depan,” jelas penulis utama studi Lucas Vargas Zeppetello dari Harvard University kepada CNN.
(wiw)