Menteri BUMN Erick Thohir ‘pamer’ kinerja baik anak buahnya di Kementerian BUMN. Menurut Erick, perbaikan kinerja berbagai perusahaan pelat merah disebabkan oleh transformasi, konsolidasi, dan efisiensi.
Ia memberi contoh konsolidasi PT Pertamina (Persero) yang membuat perusahaan berhasil meraup untung atau laba bersih US$1 miliar atau setara sekitar Rp14 triliun pada tahun lalu.
Sedangkan, pada semester I 2020, BUMN migas ini sempat buntung alias rugi Rp11 triliun.
“Transformasi yang dilakukan Kementerian BUMN terus terjadi, hasilnya sudah terlihat. Kemarin Pertamina setelah konsolidasi, ada subholding, terjadi efisiensi, dan fokus pada bisnisnya,” beber Erick pada peluncuran aplikasi Warung Pangan, Kamis (16/9).
Selain itu, Erick menyebut hal serupa juga terjadi pada PT Perkebunan Nusantara atau PTPN. Setelah efisiensi besar-besaran, Erick menyebut perseroan mampu mencetak untung kendati diproyeksikan merugi.
“Seperti PTPN dengan efisiensi luar biasa yang awalnya ditentang, tapi hari ini bisa membuktikan revenue Rp23 triliun, naik 19 persen. Bottom line-nya yang diprediksi rugi Rp1,4 triliun sekarang untung Rp1,2 triliun. Ini nyata,” terangnya.
Ia berpesan agar kinerja kinclong juga dapat diraih oleh BUMN klaster pangan yang dipimpin oleh PT RNI (Persero).
Erick kemudian mengingatkan agar BUMN tidak anti bekerja sama dengan swasta dalam menjalankan bisnis. Namun, ia mewanti-wanti agar swasta tidak mengakali BUMN. Menurut dia, dalam kerja sama bisnis kedua pihak harus sama-sama untung alias win-win.
“Saya engga mau ada oknum di BUMN yang mana sering terjadi korupsi karena project base, bukan bisnis proses yang baik. Saya juga minta swasta yang berpartner ke BUMN jangan mengakali, harus win-win solution,” pungkasnya.
(wel/age)