Untuk pertama kalinya, Amerika Serikat (AS) akhirnya meresmikan Kantor Pencegahan Kekerasan Senjata Gedung Putih di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden untuk menyelesaikan epidemi kematian akibat kasus penembakan yang semakin tidak masuk akal di Negeri Paman Sam itu
“Senjata merupakan pembunuh anak-anak nomor satu di AS, lebih banyak dari kecelakaan mobil, lebih dari kanker, lebih dari penyakit,” ujar Biden dalam konferensi pers Gedung Putih, mengungkapkan statistik kekerasan oleh senjata yang mengkhawatirkan pada tahun ini saja.
“Sejauh ini selama 2023, negara kita mengalami lebih dari 500 penembakan masal dan lebih dari 30 ribu kematian akibat senjata,” kata Biden.
“Ini tidak dapat diterima. Ini bukan kita dan kita harus bertindak dan kita harus bertindak sekarang,” lanjutnya, seperti dilansir Anadolu Agency, Minggu (24/9).
Biden menyebut penembakan adalah badai besar yang melanda masyarakat AS. Dia mengatakan, kantor pencegahan dibentuk lewat perintah eksekutif bertujuan untuk mempercepat implementasi Undang-Undang Komunitas Bipartisan yang Lebih Aman yang disahkan oleh Kongres tahun lalu.
Kantor pencegahan ini nantinya akan berkoordinasi memberikan dukungan bagi penyintas, keluarga dan masyarakat yang terdampak kekerasan senjata termasuk pelayanan kesehatan mental dan bantuan keuangan.
Selain itu kantor ini juga akan mengidentifikasi tindakan eksekutif baru yang dapat diambil secara hukum oleh pemerintah untuk mengurangi kekerasan bersenjata, dan memperluas koalisi mitra di negara-negara bagian dan kota di seluruh Amerika untuk meloloskan undang-undang keselamatan senjata di tingkat lokal.
Biden menyatakan bahwa menindak senjata api rakitan, memutus jaringan perdagangan senjata, membuat pemeriksaan latar belakang universal dan mewajibkan penyimpanan senjata api secara aman merupakan kombinasi aturan yang akan berkontribusi pada pengurangan kekerasan bersenjata. Dia juga berjanji akan melanjutkan upayanya untuk melarang senjata serbu dan magasin berkapasitas tinggi.
“Langkah-langkah ini tidak akan menyelesaikan keseluruhan epidemi kekerasan senjata, namun jika digabungkan, langkah-langkah ini akan menyelamatkan nyawa,” kata Biden.
Sementara itu Wakil Presiden Kamala Harris akan bertanggung jawab mengawasi kantor baru ini, mengingat pengalamannya sebagai mantan jaksa, jaksa agung, dan senator AS yang secara konsisten mengadvokasi pencegahan kekerasan senjata.
“Di negara kita hari ini, satu dari lima orang kehilangan anggota keluarga akibat kekerasan senjata. Setiap hari, sekitar 120 orang Amerika tewas akibat senjata,” ungkap Harris. “Kita tidak dapat menormalkan keadaan ini. Ini bukan hanya statistik. Ini adalah anak-anak kita, saudara dan saudari kita, ibu dan ayah kita.”
Harris mengatakan adalah gagasan yang salah jika membuat orang Amerika harus memilih antara mendukung hak Amandemen Kedua Konstitusi untuk memanggul senjata atau mengesahkan undang-undang keamanan senjata yang masuk akal dan menekankan bahwa solusi yang masuk akal dapat ditemukan oleh kedua belah pihak dalam masalah senjata.
“Dengan kantor baru ini, kita akan menggunakan kekuatan penuh pemerintah federal untuk memperkuat koalisi antara penyintas, advokasi, pelajar, guru, dan pemimpin terpilih untuk menyelamatkan jiwa dan berjuang untuk hak semua orang untuk dapat hidup aman dari ketakutan dan mereka dapat menjalani kehidupan dimana mereka mengerti bahwa mereka didukung atas keinginan dan hak itu,” ujar Harris.
“Kami berutang budi kepada mereka dan mereka yang hidup dalam ketakutan, untuk bertindak tanpa penundaan, dan dalam masalah ini, kami tidak mempunyai waktu luang atau nyawa yang tersisa,” tambahnya.
(wiw)