Jakarta, CNN Indonesia —
Mantan komandan Wagner Group Rusia, Andre Medvedev, menyaksikan kebrutalan organisasi tentara bayaran tersebut di medan perang Ukraina.
Menurut Medvedev, perusahaan kerap memperlakukan tentaranya dengan kejam. Bagi personel yang menolak berperang langsung ditembak dan dikubur di hadapan rekrutan yang lain.
“Mereka [Wagner] akan merekap siapa saja yang tak mau berperang dan menembak mereka di hadapan tentara baru,” ujar Medvedev kepada CNN pada Senin (30/1).
Ia kemudian memberi contoh bagaimana hukuman bagi tentara yang menolak perang.
“Mereka [Wagner] membawa dua tahanan yang menolak perang dan mereka menembak di hadapan semua orang dan menguburnya tepat di parit yang digali peserta pelatihan,” ungkap Medvedev.
Lebih lanjut, ia bercerita tentara Wagner kerap dikirim ke medan perang tanpa arahan yang jelas.
CNN belum bisa memverifikasi secara independen klaim Medvedev. Wagner juga tak segera merespons saat dimintai komentar terkait kekejaman Wagner.
Medvedev mulanya bergabung dengan Wagner sebagai relawan. Ia lalu ke Ukraina sepuluh hari usai menandatangani kontrak pada 21 Juli, lima bulan setelah invasi Rusia.
Ia menerima tugas di garis depan wilayah Donestk, dekat Kota Bakhmut.
Medvedev melaporkan langsung kondisi di lapangan ke pendiri Wagner, Dmitry Utkin dan Yevgeny Prigozhin.
Kekejaman Wagner membuat Medvedev memiliki sebutan sendiri untuk Prigozhin yakni “Si Iblis.”
“Jika dia pahlawan Rusia, dia akan mengambil senjata dan berjuang bersama tentara,” ujar Medvedev.
Prigozhin sebelumnya mengonfirmasi Medvedev pernah bertugas di perusahaannya. Namun, oligarki Rusia ini menyarankan seharusnya diseret ke meja hijau.
“[Dia] seharusnya diadili karena menganiaya tahanan lain,” ujar Prigozhin.
Sementara itu, Medvedev menolak berkomentar apa yang dia lakukan selama berperang di Ukraina.
Wagner, kata dia, tak punya strategi taktis. Para tentara bayaran hanya membuat rencana sebisa mungkin, termasuk siapa yang menembak, pembagian shift, dan yang lain.
“Tak ada taktik nyata sama sekali. Kami hanya mendapat perintah soal posisi lawan. Tak ada perintah yang jelas terkait bagaimana kami harus bertindak,” ujar Medvedev.
Ia lalu mengatakan, “Kami hanya merencanakan bagaimana berperang, langkah demi langkah.”
Di suatu waktu, Medvedev kabur dari Ukraina melintasi perbatasan. Ia mengaku menghindari penangkapan setidaknya sepuluh kali. Saat berbincang dengan CNN, ia berada di Oslo.
Medvedev baru sadar kekejaman Wagner usai enam hari ada di Ukraina. Dia tak ingin kembali ke medan perang hanya untuk menyaksikan pasukan menjadi umpan meriam.
Di unitnya, Medvedev membawahi 10 personel. Jumlah ini terus bertambah usai ia mengizinkan para tahanan bergabung.
“Ada lebih banyak jenazah, dan lebih, dan lebih, orang-orang berdatangan. Di akhir kepemimpinan saya, saya tak bisa lagi menghitung jumlahnya,” kata Medvedev.
(isa/bac)