Dinasti Mughal dan Islam di Tanah Hindustan

Dinasti Mughal dan Islam di Tanah Hindustan

Jakarta, CNN Indonesia —

Dinasti Mughal bertahan selama kurang dari tiga setengah abad di India, dan berhasil menguasai wilayah yang mayoritas penduduknya memeluk agama Hindu.

Mereka adalah dinasti kedua dalam periodisasi sejarah Islam yang berjaya di India. Sebelumnya, kerajaan Islam yang pernah menguasai negeri Hindustan ini adalah Dinasti Abbasiyah (Abbasid).

Luas wilayahnya jika digambarkan dengan situasi saat ini meliputi sebelah utara Afghanistan, lembah Indus di Pegunungan Himalaya, Kashmir, Dataran Tinggi Assam, Bangladesh hingga Dataran Tinggi Dekan.


Pada 1526, pasukan yang dipimpin panglima perang asal Uzbekistan, Zaharuddin Muhammad Babur, menduduki wilayah di utara India setelah menaklukkan Sultan Delhi, Ibrahim Lodi, dalam pertempuran Panipat ke-I. Dia lantas disebut sebagai pendiri dinasti itu.

Babur disebut sebagai cucu dari Timor Lenk, sekaligus keturunan penguasa Mongolia, Jengis Khan.

Kekaisaran itu sempat goyah saat anak Babur, Humayun, diusir ke Persia oleh pemberontak. Namun, justru pengusiran tersebut menjadi pangkal hubungan diplomatik antara Dinasti Safawi dan Dinasti Mughal.

Sekembalinya Humayun dari Persia, kekuasaan di Dinasti Mughal berangsur pulih. Akan tetapi, tak lama kemudian dia meninggal.

Estafet kepemimpinan beralih ke anaknya, Akbar. Ia memiliki gelar Sultan Abdul Fath Jalaluddin Akbar Khan.

Masa pemerintahan Akbar dikenal sebagai periode kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India. Di awal pemerintahannya, banyak pemberontakan terjadi.

Pemberontakan yang dinilai berpengaruh atas stabilitas kekuasaan Akbar yakni pemberontakan yang dipimpin Himu pada 1556. Kala itu, Himu yang sudah menaklukkan Agra dan Gwalior, berusaha menguasai Delhi.

Bairam Khan, rekan dekat ayah Akbar, yang juga jadi kaki tangannya menyambut pasukan Himu, sehingga peperangan tak dapat dihindari. Bairam dapat mengalahkan pasukan Himu.

Kemudian, Himu ditangkap lantas dieksekusi. Secara otomatis, dua wilayah yang dimiliki Himu, menjadi daerah kekuasaan Akbar.

Di internal dinasti sendiri, Akbar menyadari ada pengaruh besar dari Bairam, yang ingin memaksakan aliran Syiah. Ia kemudian segera membereskan urusan tersebut dan mampu meredam pemberontakan yang sempat dilakukan Bairam.

Rencana ekspansi pun mulai disusun. Akbar kemudian menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah.

Mengutip berbagai sumber, keberhasilan ekspansi wilayah dengan kampanye militer yang dilakukan Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kesultanan besar.

Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal.

Selain ekspansi wilayah Akbar, juga menerapkan politik toleransi universal, yang memandang derajat rakyat secara setara.

Selepas pemerintah Akbar, kekuasaan berlanjut ke Jehangir. Dia lalu digantikan oleh Syah Jehan dari 1627 sampai 1658.

Menurut Kamdi Ihsan dalam Dinamika Peradaban Islam, di akhir-akhir kekuasaannya, ada dua kebijakan secara keseluruhan yang dimainkan oleh kedua putra Syah Jehan, Darsyikuh dan Aurangzeb.

(isa/ayp)

[Gambas:Video CNN]


Scroll to Top