Umumnya seperti silsilah wali songo yang lain, nasab Jakfar Shadiq atau yang dikenal dengan Sunan Kudus juga memiliki sejumlah versi. Namun, dari sejumlah versi tersebut, ada benang merah yang memberi kesimpulan garis keturuanannya.
Rachman Sulendraningrat dalam ‘Sejarah Hidup Wali Songo’ (1988) menyebut Sunan Kudus adalah putra Sunan Undung. Sunan Undung masih memiliki ikatan saudara dengan Sultan Mesir. Atas saran Sunan Gunung Jati, Sunan Undung kemudian menjadi murid dari Sunan Ampel.
Di Ampeldenta, Sunan Undung kemudian menikah dengan cucu Sunan Ampel bernama Syarifah, dikenal pula dengan nama Nyi Ageng Manila. Ia juga masih adik dari Sunan Bonang.
Dari pernikahan itulah, lahir Raden Fatihan atau Jakfar Shadiq, yang dikenal sebagai Sunan Kudus.
Ditarik lebih jauh, silsilah Sunan Kudus menurut Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo, nasab Sunan Kudus bersambung hingga Rasulullah Saw. Ia adalah keturunan ke-10 lewat jalur Husein, putra dari pernikahan putri Nabi Siti Fatimah dan Sayyidina Ali Ra.
Dakwah kompromistis
Raden Jakfar banyak melakukan pendekatan dakwah seperti umumnya pendekatan yang dilakukan wali songo yang lain. Ia berbaur dan bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat.
Raden Jakfar Shadiq banyak memanfaatkan jalur seni, budaya, dan teknologi terapan yang tepat guna dan dibutuhkan masyarakat. Jakfar Shadiq menyempurnakan alat-alat pertukangan yang berhubungan dengan teknik membuat keris pusaka, kerajinan emas, hingga pandai besi.
Kondisi soso-kultural itulah yang berpengaruh dan tergambar dalam sejumlah arsitektur peninggalan Sunan Kudus hingga saat ini.
Menurut Agus, bentuk arsitektur peninggalan itu juga menunjukkan sikap kompromistis Sunan Kudus dalam menyampaikan pesan-pesan Islam kepada masyarakat yang masih didominasi Hindu-Budha ketika itu.
Sikap kompromistis juga ditunjukkan dengan kepercayaan masyarakat Kudus saat itu untuk tidak memakan daging sapi. Keyakinan masyarakat itu konon bermula saat Sunan Kudus tersesat dalam sebuah perjalanan dakwah.
Ia baru menemukan jalan saat mendengar lonceng dari kawanan sapi. Berdasarkan alasan itu, Sunan Kudus kemudian berpesan agar masyarakat tidak menyembelih dan memakan daging sapi. Hal tersebut selaras dengan keyakinan Hindu-Budha. Bahkan konon, Raden Jakfar juga hanya menyembelih kerbau saat Hari Raya Idul Adha.
(thr/ain)