Jakarta, CNN Indonesia —
Kondisi ekonomi global sedang gonjang-ganjing setelah perang Rusia-Ukraina yang membuat harga pangan dan energi melonjak. Hal itu pun berimbas pada inflasi di beberapa negara.
Untuk meredam inflasi, sejumlah bank sentral pun mengerek suku bunga acuan. Namun di sisi lain, hal ini memperlambat pertumbuhan ekonomi dan banyak ekspansi perusahaan tertunda.
Selain itu, permintaan pun melemah dan resesi global menghantui pada 2023. Hal ini membuat sejumlah negara mendapatkan pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF) demi memulihkan ekonomi mereka.
Berikut daftar negara yang mendapat pinjaman dari IMF pada 2022:
1. Bangladesh
IMF sepakat memberikan paket kepada Bangladesh senilai US$4,5 miliar atau setara Rp70,57 triliun (asumsi kurs Rp15.682 per dolar).
“(Delegasi IMF dan perwakilan pemerintah Bangladesh) mencapai kesepakatan tingkat staf untuk mendukung kebijakan ekonomi Bangladesh,” ungkap IMF seperti dikutip dari AFP, Rabu (9/11).
Paket bantuan itu bertujuan untuk memulihkan stabilitas makro ekonomi dan melindungi masyarakat yang rentan. Upaya tersebut juga dilakukan seiring dengan mempromosikan perubahan struktural untuk mendukung pertumbuhan inklusif dan hijau.
Menurut IMF, bantuan itu akan memperluas ruang fiskal untuk membiayai prioritas iklim yang diidentifikasi dalam rencana pihak berwenang.
“Termasuk dengan mengkatalisasi pembiayaan lain, dan mengurangi tekanan eksternal dari investasi iklim yang intensif impor,” tambah IMF.
Ekonomi Bangladesh terpukul oleh kenaikan harga pangan dan energi yang tajam imbas perang Rusia-Ukraina. Negara Asia Selatan itu telah mendekati IMF sejak awal tahun ini untuk mendapatkan dukungan.
Bangladesh mengalami pemadaman listrik dalam beberapa bulan terakhir, kadang-kadang hingga 13 jam sehari. Hal itu terjadi karena kelangkaan bahan bakar.
2. Sri Lanka
IMF memberikan persetujuan sementara atas pinjaman US$2,9 miliar atau setara Rp42,63 triliun (asumsi kurs Rp14.700 per dolar AS) kepada Sri Lanka.
“Kesepakatan tingkat staf hanyalah perjalanan awal dari jalan panjang bagi Sri Lanka,” kata pejabat senior IMF Peter Breuer dikutip dari Reuters, Kamis (1/9).
Mereka mengatakan keberhasilan Sri Lanka untuk mengatasi masalah ekonomi di negaranya dengan dana pinjaman ini bergantung dari cara pemerintah baru mengelola utang tersebut.
Lanjut ke sebelah…